© Diadona.id/Riza
Sapardi Djoko Damono adalah salah satu penyair yang begitu terkenal di Indonesia. Hari ini yang bertepatan dengan ulang tahunnya (20/3), ia menjadi sosok yang ditampilkan di Google Doodle.
Selain puisinya, Sapardi Djoko Damono juga menulis esai, cerpen, dan novel. Ia telah diakui dengan banyak penghargaan sastra, termasuk Penghargaan SEA Write pada tahun 1991 dan Penghargaan Sastra Nasional Indonesia pada tahun 1997. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan telah banyak dijadikan dalam antologi.
Salah satu puisi Sapardi Djoko Damono yang begitu terkenal adalah 'Hujan Bulan Juni'. Selain itu, masih banyak lagi puisi bagus dan penuh makna yang dituliskan oleh Sapardi Djoko Damono.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Aku Ingin (1989)
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Yang Fana Adalah Waktu (1989)
Yang fana adalah waktu.
Kita abadi memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
" Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.
Kita abadi.
Menjenguk Wajah di Kolam
Jangan kau ulang lagi
menjenguk
wajah yang merasa
sia-sia, yang putih
yang pasi
itu.
Jangan sekali- kali
membayangkan
Wajahmu
sebagai rembulan.
Sajak Tafsir
Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu
Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin
Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah
tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu
Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam
Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu
Tolong ciptakan makna bagiku
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba.
Itulah beberapa puisi dari penyair terkenal Indonesia Sapardi Djoko Damono. Ia telah menulis puisi sejak tahun 1960-an dan sudah menerbitkan banyak kumpulan puisi. Mana nih puisi Sapardi Djoko Damono favoritmu?