Selain Roehana Koeddoes, Ini Wanita asal Sumatera Barat yang Pernah Muncul di Google Doodle

Reporter : Olivia Lidya Elsanty
Senin, 8 November 2021 13:13
Selain Roehana Koeddoes, Ini Wanita asal Sumatera Barat yang Pernah Muncul di Google Doodle
Ada 3 wanita kelahiran Sumatera Barat yang pernah muncul.

Nama Roehana Koeddoes jadi perbincangan usai muncul sebagai Google Doodle pada hari ini, 8 November 2021. Roehana Koeddoes dikenal sebagai jurnalis pertama di Indonesia. Ia dinobatkan sebagai salah satu pahlawan Nasional pada tanggal 8 November.

Roehana diketahui lahir pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Sumatera Barat, dengan nama asli Siti Roehana. Ia besar di era ketika perempuan Indonesia tidak mendapat pendidikan yang cukup dan formal. Namun, Roehana mengembangkan kecintaan membaca lewat berbagai halaman-halaman surat kabar lokal pada usia tujuh tahun.

1 dari 6 halaman

Google Doodle Roehanna Koeddoes

Pada tahun 2011, Roehana mendirikan sekolah pertama di Indonesia di kota kelahirannya. Sekolah Koeddoes didirikan untuk memberdayakan perempuan melalui berbagai program, mulai dari pengajaran literasi bahasa Arab hingga moralitas. Ia memperluas pengaruhnya setelah pindah ke Bukittinggi dengan menjadi salah satu jurnalis perempuan pertama di Indonesia.

Kiprah Roehana di dunia jurnalistik cukup menarik perhatian. Ia pernah berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe. Pengalaman ini membuatnya menerima apresiasii dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM, pemilik Oetoesan Melajoe, yang kemudian mendukung Roehana untuk mendirikan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.

2 dari 6 halaman

Roehana kerap menulis artikel yang mendorong perempuan untuk membela kesetaraan dan melawan kolonialisme. Kehadiran Roehana akhirnya menimbulkan pemikiran bahwa munculnya perempuan di dunia jurnalistik bisa membuat lebih kritis dan berani. Tak mengherankan jika akhirnya beberapa karya Roehana mendapatkan pengakuan secara nasional.

Rupanya, selain Roehana, ada beberapa perempuan asal Sumatera Barat yang diapresiasi Google hingga muncul sebagai Google Doodle. Tercatat ada nama Ani Idrus seorang wartawati legendaris, serta Sariamin Ismail seorang novelis wanita pertama di Indonesia. Bagaimana kisahnya, berikut ulasannya.

3 dari 6 halaman

Ani Idrus muncul sebagai Google Doodle pada 25 November 2019

Google Doodle Wanita Kelahiran Sumatera Barat

Melansir dari Detik, Ani Idrus merupakan wartawati kelahiran Sawahlunto, Sumatera Barat, 25 November 1918. Ani Idrus wafat di Medan, Sumatera Utara pada 9 Januari 1999 pada usia 80 tahun.

Ani Idrus menjadi wartawati sejak tahun 1930, ia tercatat pernah menjadi jurnalis di sejumlah media seperti Sinar Deli hingga Politik Penyedar. Di tahun 1938, Ani menerbitkan majalah politik 'Seruan Kita' bersama suaminya yakni Mohammad Said. Keduanya juga menjadi penggagas media cetak bernama 'Waspada' di tahun 1947. Tahun 1949, Ani Idrus kembali menerbitkan majalah bertajuk 'Dunia Wanita' pada tahun 1949.

4 dari 6 halaman

Beragam kontribusi membuat Ani Idrus menerima sejumlah penghargaan. Tahun 1990, Ani Idrus menerima penghargaan dari Menteri Penerangan sebagai wartawan di atas 70 tahun yang masih berkontribusi. Sebelumnya, ia pernah mendapat penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di tahun 1959 dan piagam Pembina Penataran Tingkat Nasional dari BP7 pada 1979.

Sosok Ani Idrus diketahui pernah diabadikan dalam perangko oleh Pos Indonesia pada tahun 2004. Selain itu, ia juga punya peran di dunia pendidikan lewat Yayasan Pendidikan Ani Idrus (YPAI). Ia juga tercatat pernah berperan sebagai Ketua Sekolah Sepak Bola Waspada.

5 dari 6 halaman

Sariamin Ismail muncul sebagai Google Doodle pada 31 Juli 2021

Google Doodle Wanita Kelahiran Sumatera Barat

Sariamin dikenal sebagai wanita pertama di Indonesia yang menjadi novelis. Melansir dari Antara, ia lahir di Talu, Sumatera Barat pada 31 Juli 1909. Kemudian tercatat meninggal dunia di Pekanbaru, Riau, pada 15 Desember 1995 di usia 86 tahun.

Sariamin menjelajah dunia puisi pada usia 10 tahun, hingga akhirnya tulisannya diterbitkan di beberapa surat kabar lokal saat usianya menginjak 16 tahun. Tulisannya pernah dimuat oleh Balai Pustaka dan pelopor angkatan Pujangga Baru. Salah satu karyanya yang terkenal berjudul 'Kalau Tak Untung' (1933). Kala itu, ia memakai nama samaran Selasih dan Seleguri, gabungan dari dua nama tersebut.

6 dari 6 halaman

Di tahun 1937, Sariamin menerbitkan novel bertajuk 'Karena Keadaan'. Hingga kemudian menjlang akhir tahun 1930-an, ia menjadi wartawan dan penulis vokal di majalah perempuan Soera Kaoem Iboe Soematra. Belakangan terkuak pula jika talenta menulis ini dimiliki Sariamin sejak kecil. Ia kerap menulis di buku harian hingga menamainya Mijn Vriendin.

Sariamin lantas mulai aktif dalam kegiatan organisasi. Pada tahun 1928-1930, Sariamin menjadi ketua perkumpulan pemuda Islam Jong Islamieten Bond bagian wanita untuk wilayah Bukittinggi. Ia diketahui pindah ke Kuantan dan naik sebagai anggota parlemen daeah untuk Provinsi Riau pada tahun 1941. Di tahun 1947 ia terpilih kembali dan menetap di sna sambil menulis hingga tutup usia.

Beri Komentar