© Instagram.com/ruben_onsu
Kalau ditanya siapa artis dengan perencanaan bisnis paling oke saat ini, nama Ruben Onsu sudah pasti akan muncul di deretan atas. Sukses di televisi, Ruben Onsu kemudian mengembangkan berbagai bisnis mulai dari kuliner sampai media online berbasis YouTube.
Keluarga Ruben Onsu pun terlihat sangat harmonis dan bahagia. Bersama Sarwendah sang istri serta tiga orang anak yang lucu-lucu, membuat keluarga Ruben Onsu menjadi salah satu family goals banyak orang.
Melihat banyak keberhasilan di atas, rasanya nggak ada alasan untuk Ruben Onsu merasa sedih. Namun kenyataannya, di balik segala pencapaian di atas, ada rasa tertekan di diri Ruben Onsu yang membuat dirinya paranoid dan depresi. Bahkan Ruben Onsu mengaku sempat beberapa kali terpikir untuk bunuh diri.
Dalam obrolan bersama Eko Patrio, Ruben Onsu mengatakan bahwa beban kehidupan membuatnya harus rutin berkonsultasi dengan psikolog beberapa waktu belakangan. Hal itu disebabkan oleh munculnya perasaan paranoid yang cukup parah. Bahkan makin parah di masa pandemi seperti ini.
"Semenjak covid tingkat parnonya bertambah. Ini gue lagi handle supaya tidak maju ke tahap psikiater," ungkap Ruben Onsu.
Tidak stabilnya kondisi Ruben Onsu menyebabkan dirinya tak jarang harus membatalkan suatu pekerjaan. Ia kerap menghubungi Bunda Neneng, manajernya, untuk meng-cancel acara ketika sudah merasa tak stabil.
" Karena keadaan gue nggak stabil. Gue nggak bisa meng-handle lingkungan," tutur Ruben Onsu.
" Makanya kalau di satu acara gue keluar, itu bukan karena marah, tapi karena gue lagi coba menyelesaikan satu (masalah) yang ada di pikiran gue."
Ruben Onsu merasa bahwa sumber pemikiran paranoid yang menyebabkan pergumulan di kepalanya adalah karena kecenderungannya untuk memikirkan banyak hal, bahkan yang berada jauh di depan.
" Pemikiran gue nggak kelar-kelar. Hal-hal yang menurut gue terlalu jauh pemikirannya, tapi gue selalu punya feeling kuat kalau itu pasti bakal terjadi. Itu pasti terjadi."
Puncak dari rasa tertekan Ruben Onsu adalah ketika pikiran untuk bunuh diri terlintas di kepala Ruben Onsu. Ia mengaku selalu berpikir untuk mengakhiri hidup setiap melihat pisau di dapur.
" Karena menurut gue itu solusi. Selesai hidup gue. Gue capek sama hidup gue sendiri karena terlalu banyak yang gue urusin," tutur Ruben Onsu saat ditanya tentang kenapa ia terpikir untuk bunuh diri.
" Seandainya elu jadi gue sehari dua hari aja, gue pengen tau reaksi lu gimana. Pengen tau aja reaksinya gimana."
Ruben Onsu bahkan mengatakan bahwa ia sudah sempat akan melakukan niatan tersebut. Dua kali diniatkan dan dua kali pula diurungkan karena cegahan tak langsung yang dilakukan oleh keluarga.
" Susah gue ceritain tapi yang bikin gue itu (nggak jadi bunuh diri) adalah tiba-tiba (kedengeran) suara bini gue manggil," ujar Ruben Onsu mengisahkan pengalaman pertamanya.
" Yang kedua itu (karena) Bertrand (Peto). Dia kan dikit-dikit ayah, dikit-dikit ayah. Ketika ada panggilan (untuk bunuh diri) itu, suara anak itu manggil gue," lanjut Ruben Onsu.
Pelarian Ruben Onsu untuk meredakan pikiran kalutnya adalah lewat berbelanja. Tak melihat seberapa mahal atau seberapa besar barang yang dibeli, namun lebih ke perasaan ketika ia pulang ke rumah sembari menenteng barang yang membuat tekanan di kepalanya reda.
" Gue tuh receh banget nyenengin hati gue. Gue stres, marah, kesel. Gue mau ke Plaza Senayan ah. Walaupun gue cuma beli kolor, pokoknya pulang bawa belanjaan. Udah, seneng."
Memang benar bahwa kita nggak bisa ngukur kebahagiaan seseorang hanya dari apa yang terlihat. Buktinya di tingkatan hidup Ruben Onsu yang kita sangka sempurna saja tetap ada pergulatan batin dan pikiran yang ia rasakan. Semua orang, di level ekonomi apapun, memiliki pertarungannya sendiri-sendiri.
Semoga rasa paranoid Ruben Onsu bisa segera luruh dan kembali hidup bahagia menikmati hasil kerja kerasnya ya. Semangat, Ruben!