© Merdeka.com
Hari ini, 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini. Menilik perjuangan Kartini pada masa itu, rasanya para pejuang medis perempuan sangat layak disebut sebagai Kartini masa kini.
Luri Estyani Syarifudin adalah salah satu di antaranya. Luri bertugas di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda. Salah satu tugasnya adalah mengevakuasi para pasien terjangkit COVID-19 dan membawa mereka ke rumah sakit.
Bekerja di garda terdepan yang bersentuhan langsung dengan pasien COVID-19 tentu penuh tantangan, tapi Luri menghadapinya dengan cekatan.
Seperti beberapa waktu lalu saat ditemui oleh Liputan6.com, ketika ia dan empat rekannya bersiap mengevakuasi seorang pasien dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk diisolasi di rumah sakit rujukan.
Luri nampak mengenakan wearpack miliknya yang dilapisi lagi dengan jas hujan plastik. Kondisi siang Kota Samarinda yang terik membuat keringatnya mengucur deras. Belum lagi sedikit ketegangan karena pasien yang akan dievakuasi sempat bermasalah. Pasien tersebut sempat dipulangkan karena mengancam petugas medis dengan pecahan kaca jendela sehingga upaya isolasi sempat terhambat.
" Atas permintaan atasan, kita jemput lagi dan harus dibawa kembali ke rumah sakit," ujar Luri.
Bekerja sebagai tim evakuasi menuntut Luri untuk bekerja secara detil. Semua harus dilakukan sesuai protokol. Tidak boleh ada celah. Risiko kelalaian bisa membuat para petugas tertular.
" Di tim ini tugas saya sebagai assist yang membantu empat anggota tim lainnya menyiapkan proses evakuasi. Mereka tidak boleh menyentuh apapun selama proses pemasangan APD karena itu tugas saya," jelasnya.
Proses pelepasan APD pun sangat ketat. Seluruh APD akan dikumpulkan dan dibakar saat itu juga. Tidak boleh ada barang yang kembali ke markas BPBD. Tugas Luri untuk memastikan semuanya berjalan sesuai prosedur.
Luri adalah perempuan satu-satunya di tim evakuasi yang harus siaga selama 24 jam. Tidak ada waktu untuk bersantai selama masa pandemi COVID-19 masih berlangsung.
" Sudah sembilan hari saya tidak pulang ke rumah karena kalau pulang juga tetap disuruh standby 24 jam. Handphone harus selalu nyala, lagipula kita juga sayang keluarga sehingga takut mereka tertular," ungkapnya.
Kendati tugasnya berisiko tinggi, Luri ikhlas saja menjalaninya. Bahkan dia melakukannya dengan sepenuh hati.
" Saya melakukan semua kegiatan ini karena panggilan hati. Selama badan saya masih mampu untuk membantu orang, saya gunakan badan saya untuk bantu mereka. Semua orang bisa melakukan, tapi untuk panggilan hati tidak semua bisa," ujar Luri.
Sosok Luri adalah salah satu sosok perempuan yang mewakili semangat Kartini di era modern. Semoga Luri selalu sehat agar tetap bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal.
Salut untuk Luri!