© Google.com
Google doogle hari ini Sabtu (5/11/2022) menampilkan potret sosok paruh baya yang menggunakan peci dan kacamata dalam bingkai sebuah buku serta pena bulu angsa.
Google doogle tersebut berwarna coklat dengan design yang tampak menggambarkan suasana sejarah zaman dulu.
Sosok tersebut adalah Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad, yang merupakan seorang sastrawan abad ke-19 keturunan Bugis dan Melayu.
Sosoknya terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa melayu lewat buku ‘Pedoman Bahasa’, buku yang menjadi standart bahasa Melayu.
Dalam rangka mengenang sosok Raja Ali Haji yang telah menjadi bapak pengembang bahasa, Google doodle mempersembahkan sosoknya dengan balutan buku dan pena yang menggambarkan jasanya dalam mengembangkan bahasa dan sastra khususnya Melayu.
Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, sebuah kepulauan yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Ia lahir oada tahun 1808.
Sosoknya merupakan putra dari Raja Ahmad, yang bergelar Engku Haji Tua dan cucu dari Raja Ali Haji Fisabilillah, bangsawan Bugis dari kesultanan Lingga-Riau dan kerajaan Riau. Raja Ali dibesarkan dan mendapat pendidikan di lingkungan kesultanan.
Sekitar pada tahun 1822, Raja Ali Haji melalukan perjalanan bersama dengan rombongan ayahnya ke Betawi. Bersamaan dengan itu, Raja Ali Haji turut mendapat pendidikan pertamanya dari luar lingkungan kesultanan. Sosok Raja Ali Haji terkenal sebagai orang pertama yang mencatat dasar-dasar tata bahasa Melayu melalui buku Pedoman Bahasa.
Salah satu mahakarya ternama dari sosok Raja Ali Haji yaitu ‘Gurindam Dua Belas’ (1847) yang menjadi pembaru arus sastra pada zamannya.
Dalam dunia kebahasaan, Raja Ali Haji mempersembahkan bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa berjudul ‘Kamus Bahasa Melayu Riau-Lingga’ penggal pertama, sebuah kamus ekabahasa pertama di Nusantara.
Raja Ali Haji juga menulis syair-syair indah yang ia abadikan dalam ‘Syair Siti Shianah’, ‘Syair Suluh Pegawai’, ‘Syair Hukum Nikah’, dan ‘Syair Sultan Abdul Muluk’.
Dalam dunia sejarah, Raja Ali Haji turut serta menyumbang sebuah buku yang menceritakan rentetan peristiwa sejarah secara lengkap dalam buku yang berjudul ‘Tuhfat al-Nafis’ (“ Bingkisan Berharga” tentang sejarah Melayu).
Dilansir dari rajaalihaji.com, tahun meninggalnya Raja Ali Haji masih menjadi perdebatan. Banyak sumber yang menyebut bahwa Raja Ali Haji meninggal sekitar tahun 1872. Namun sumber lain menyebut bahwa pada tanggal 31 Desember 1872, Raja Ali Haji pernah menulis surat kepada Hermanb Von de Wall, seorang sarjana kebudayaan Belanda yang kemudian menjadi sahabat terdekatnya yang meninggal di Tanjungpinang pada tahun 1873 di Pulau Penyengat.
Makam Raja Ali Haji berada di komplek pemakaman Engku Putri. Karyanya yang paling terkemuka, ‘Gurindam Dua Belas’, diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya.
Sebagai penghargaan atas jasanya, Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad pun ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 5 November 2004.