© DailyMail
Dua minggu yang lalu, Syeikh Mohammed Mutumba, seorang penduduk Desa Kyampisi di Kabupaten Kayunga, Distrik Kayunga, bertukar sumpah pernikahan dalam budaya Islam dengan 'istri' nya, Swabullah Nabukeera.
Pasangan taaruf ini didapati juga menghabiskan dua minggu pernikahan mereka tanpa berhubungan suami istri, sebab Matumba mengaku istrinya sedang pada masa haid, sehingga ia rela menunggu hingga istrinya selesai..
Sheikh Mohammed Mutumba bertukar janji dengan 'mempelai wanita'-nya, Swabullah Nabukeera, dalam sebuah upacara pernikahan Islam.
Ia bertemu istrinya yaitu Nabukeera di sebuah masjid saat ia mengenakan jilbab atau gomesi, pakaian tradisional Uganda.
kata Isaac Mugera, petugas investigasi kriminal distrik Kayunga.
Ya benar, Kebohongan Nabukeera diketahui ketika ia ditangkap polisi karena sebuah aksi pencurian di rumah tetangganya. Dan betapa kagetnya ketika polisi menemukan Nabukeera ternyata adalah seorang laki-laki yang pura-pura memakai bra dengan penuh sumpalan kain didalamnya.
Syekh yang mengetahui hal tersebut sontak tidak percaya dengan itu dan langsung membuktikannya sendiri dengan melihat kelamin istrinya.
Belakangan diketahui bahwa Nabukeera memiliki nama asli yang bernama Ricard Tumushabe, yang memang berniat membohongi Syekh Mutumba untuk mendapatkan hartanya.
Tumushabe atau Nabukeera didakwa mendapatkan banyak pelanggaran termasuk menipu identitas, pencurian dan mendapatkan barang dengan alasan palsu.
Meskipun Mutumba tidak melakukan kejahatan apapun, ia kemudian tetap dibawa ke pengadilan dan didakwa dengan tuduhan menikahi sesama jenis. Tuduhan itu yang membawa kemungkinan hukuman penjara seumur hidup.
Syekh tersebut kini di penjara Ntenjeru sambil menunggu persidangannya pada 24 Januari.
Ia juga telah diselidiki oleh otoritas Muslim dan diskors dari tugas-tugas ulama. Kepala imam masjid Kyampisi Masjid Noor pun juga mengatakan bahwa penangguhan ulama itu " dimaksudkan untuk menjaga integritas iman mereka"
hal tersebut sontak mendapat kecaman dari LGBTQ+ bahwa pemerintah Afrika bertindak sangat homophobic dan tidak wajar dan tidak netral dalam menyikapi kasus ini.
Frank Mugisha, yang menjalankan kelompok Seksual Minoritas Uganda, mengatakan dalam Daily Mail, bahwa kasus ini membuktikan " betapa homofobianya negara ini" .
" Syekh itu bisa saja benar-benar tidak mengetahui hal itu.." katanya. “ Orang Uganda harusnya lebih menghormati privasi orang. Mereka bisa jadi bukan homoseksual. "
Ya, yang kami ketahui, Uganda memang memegang undang-undang anti-gay paling ketat di dunia. Gimana menurut kalian? Tulis pendapatmu di kolom komentar ya