Tak Ingin Menyusahkan Orang, Abah Isna Pilih Berjualan Pisang Keliling Meski Tak Bisa Melihat

Reporter : Devi Puspitasari
Jumat, 31 Juli 2020 08:30
Tak Ingin Menyusahkan Orang, Abah Isna Pilih Berjualan Pisang Keliling Meski Tak Bisa Melihat
Mengharukan banget, ya.

Menikmati hidup dan berkumpul dengan anak cucu biasanya menjadi keinginan banyak orang di masa tua. Sayangnya, hal ini tak bisa dilakukan oleh seorang kakek berusia 60 tahun yang akrab dipanggil Abah Isna.

Setiap harinya Abah harus berjualan pisang keliling dengan berjalan sekitar dua kilometer demi menyambung hidup. Abah sendiri juga seorang tuna netra yang membuatnya harus berjuang lebih.

Kisah Abah Isna ini dibagikan oleh akun Instagram @partners_in_goodness.

1 dari 4 halaman

      Lihat postingan ini di Instagram      

Sebuah kiriman dibagikan oleh ???????? PING (@partners_in_goodness) pada

Melansir dari akun itu, setiap harinya Abah menjual pisang dagangannya dengan dipikul dan berjalan. Abah sendiri tinggal menumpang dengan sang keponakan di Desa Cijayanti RT 01/RW 04, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

Mirinya, Abah Isna sempat tinggal di pos ronda sebelum saudaranya berbaik hati memberi Abah tumpangan tempat tinggal.

2 dari 4 halaman

Tak Mau Jadi Beban

Abah Isna

Sebelum berjualan pisang, Abah Isna berprofesi sebagai tukang pijit. Namun sayangnya, situasi pandemi seperti sekarang membuat hampir tak ada orang yang menggunakan jasa beliau. Pisang yang dijajakannya pun bukan milik sendiri. Abah menjual pisang milik orang lain.

Meski memiliki keterbatasan fisik, Abah mengaku ia tak mau jadi beban bagi orang lain. Dengan berjalan terseok dan bantuan tongkat kayu, beliau setiap harinya harus berjalan sekitar 2 kilometer dengan memikul keranjang pisang.

3 dari 4 halaman

Banyak Mengalami Kisah Sedih

Abah Isna

Setiap harinya, Abah Isna mulai berangkat jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Penghasilan beliau juga tak menentu. Sampai-sampai, kadang Abah terpaksa berhutang lebih dulu pada warung untuk mengisi perut.

Bukan tanpa halangan, banyak cerita sedih yang dialami Abah Isna selama berjualan pisang. Mulai dari sulitnya melalui jalan yang rusak, sampai beberapa kali keranjang pikulan beliau bolong atau ruska yang membuat pisangnya berceceran. Ada juga pembeli yang tak jujur dan membayar tak sesuai harga.

4 dari 4 halaman
Beri Komentar