© Npr.org
Tujuan awal video games dibuat adalah untuk hiburan. Namun ternyata, layaknya karya seni lain, games juga bisa dijadikan alat untuk menyampaikan pesan atau nilai dari si pembuat untuk mereka yang memainkannya.
Adalah Lual Mayen, seorang game developer asal Sudan yang memanfaatkan game untuk menyampaikan nilai yang ingin dibagikannya.
Lual bersama Junub Games, perusahaan game yang dibuatnya, membuat sebuah game berjudul 'Salaam'.
Games tersebut sekilas terlihat seperti game pada umumnya. Memiliki genre running game, 'Salaam' terlihat seperti 'Temple Run' atau 'Subway Surfer', game dengan genre serupa yang lebih dulu muncul dan populer.
Yang membuat 'Salaam' berbeda adalah cerita yang termuat di dalamnya. Lewat game tersebut, Lual ingin membuat para pemain turut berempati pada mereka yang harus mengungsi karena negerinya sendiri dalam kondisi tidak aman akibat perang.
" Aku sendiri adalah seorang pengungsi yang tumbuh di penampungan. Aku sadar kalau masih banyak orang yang belum memahami perjalanan hidup seorang pengungsi. Mereka nggak tau rasanya jadi kami," ujar Lual pada AJ+.
Dalam game tersebut, kita akan memainkan tokoh perempuan kulit hitam yang harus terus berlari menghindari rentetan tembakan. Kita juga harus membawa tokoh tersebut mencari air sebagai penyambung hidup. Tantangan tersebut adalah hal yang sama dengan yang dihadapi para pengungsi.
Lual memilih game sebagai medium penyampai pesan karena menurutnya jalur itulah yang paling efektif.
" Game sangatlah powerful. Beda dengan film di mana kamu cuma duduk dan menonton. Dalam game, tokoh itu adalah dirimu. Kamu harus mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri dan menyelesaikan permainan," tuturnya.
Selain menyampaikan pesan lewat cerita dalam game, Lual juga turun langsung dalam aksi nyata. Dia membuka kantung donasi dari para pemain game tersebut yang akan disalurkan langsung kepada para pengungsi.
Apa yang dilakukan Lual adalah sesuatu yang diniatkan untuk memberi sumbangsih balik untuk komunitasnya. Bahkan game pertamanya didesain saat dia berada di dalam camp penampungan.
" Aku memulainya dari sana (penampungan) dan akan mengembalikannya pada mereka. Melihat karyaku ini bisa menjadi representasi untuk para pengungsi menumbuhkan harapan, baik untukku dan para pengungsi," tutupnya.
Segala medium yang kita pilih unutk jalur karya ternyata bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan. Tinggal kita yang pilih mau menyampaikan pesan yang bagaimana.
Semoga niat baik Lual bisa membuat kita semua bisa semakin berempati kepada para pengungsi, ya.
Respect Lual!