© Freepik/nirat.pix
Skripsi mahasiswa di salah satu Universitas di Malang viral setelah diunggah ke media sosial oleh warganet. Hal ini ramai dibicarakan karena sebuah tangkapan layar yang menunjukkan sumber dari internet yang digunakan dalam skripsi tersebut.
Unggahan tersebut ramai dibicarakan di Twitter, Foto tentang skripsi yang gunakan sumber dari internet itu diunggah oleh akun @gilangcomrade. "Kualitas skripsi sarjana FISIP di Indonesia," tulis Gilang dengan menyertakan tangkap layar halaman judul dan daftar pustaka tersebut.
Melansir dari laman Kumparan, skripsi tersebut ditulis oleh alumni Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi. Pihak jurusan melalui Ketua Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi UMM Himawan Simpati juga sudah angkat bicara terkait viralnya skripsi alumninya tersebut.
Skripsi tersebut adalah milik seorang mahasiswa angkatan tahun 2012 yang sudah lulus pada tahun 2016 lalu. Skripsi tersebut juga telah diuji oleh tim penguji dan dinyatakan lulus.
Kualitas
Skripsi
Sarjana
FISIP
di
Indonesia pic.twitter.com/VhUHqDOgvi
Terkait kajian Zionisme yang ada dalam pembahasan skripsi tersebut, pihak jurusan mengatakan bahwa Ilmu Komunikasi sebagai ilmu interdisipliner dapat mengangkat beragam topik untuk diteliti dan kajian zionisme bukan pengecualian.
Nah, kalau soal daftar pustaka yang dinilai tidak ilmiah, Himawan mengatakan bahwa hal itu yang sah untuk dilakukan sebagai penunjang informasi tentang kajian yang diteliti oleh mahasiswanya.
Menurut Himawan, dalam melakukan riset memang membutuhkan banyak rujukan data sebagai penguat data primer. Menurutnya, sumber dari internet itu dijadikan sebagai data penunjang.
" Dalam tangkapan layar itu, yang ditampilkan hanya halaman cover dan daftar pustaka yang dari internet, tetapi halaman lain yang berisi dari buku dan jurnal tidak diunggah," tutur Himawan kepada Kumparan.
Memang sih, dalam menilai sesuatu sudah seyogyanya kita melihat sesuatu tersebut secara menyeluruh. Pasalnya, jika kita hanya menilai dari suatu hal dari beberapa sisi saja kemungkinan akan ada ketimpangan informasi.
Yuk, bijak dalam bersosial media.