© Shutterstock
Metaverse baru-baru sedang menjadi perbincangan. Buatan Meta Platforms Inc. ini (sebelumnya bernama Facebook) merupakan ruang virtual di mana mereka bisa menjelajah dan berinteraksi dengan pengguna internet lain, padahal tidak ada di tempat yang sama secara nyata.
Di Metaverse, mereka bisa bekerja, bertemu,, bermain nonton konser, hangout bersama secara virtual seperti berada di dunia nyata. Metaverse ini merupakan gerakan baru yang menarik perhatian. Kalian juga tertarik bukan?
Namun seorang wanita bernama Nina Jane Patel, Co-founder sekaligus Peneliti VP Metaverse Kabuni Ventures, membagikan pengalaman tak mengenakannya di Medium setelah bermain Metaverse.
Nina bercerita bahwa dia mengalami pelecehan seksual di Metaverse. Karena berada di dunia virtual, Nina dan orang-orang pengguna Metaverse lainnya menggunakan avatar. Baru satu 1 menit saja Nina masuk, Nina mengalami pelecehan seksual bahkan secara verbal.
Avatarnya dilecehkan oleh 3-4 avatar laki-laki, begitu juga dengan suaranya. Mereka memperkosanya secara bersama-sama, bahkan mengambil foto. Ketika Nina mencoba lari, mereka malah mengejeknya.
" Baru-baru ini aku membarikan pengalamanku mengalami pelecehan seksual di Facebook / Meta's Venues. Dalam 60 detik setelah bergabung saya dilecehkan secara verbal dan seksual, ada 3-4 avatar laki-laki, dengan suara laki-laki, pada dasarnya, secara virtual melakikan pemerkosaan beramai-ramai avatar saya dan mengambil foto," ungkapnya.
" Ketika saya mencoba melarikan diri, mereka berteriak 'jangan sok nggak suka, ayo gesek dirimu ke foto'," lanjutnya.
Nina tak menyangka pengalaman tersebut akan terjadi padanya. Kejadian tersebut begitu cepat, bahkan sampai tak sempat memasang pembatas keamanan. Meski secara virtual, pemerkosaan yang dialaminya tersebut terasa nyata, bagai mimpi buruk.
" Pengalaman mengerikan yang terjadi begitu cepat dan bahkan saya belum sempat berpikir untuk memasang pembatas keamanan. Saya membeku. Itu nyata. Itu adalah mimpi buruk."
" Realitas virtual pada dasarnya telah dirancang sehingga pikiran dan tubuh tidak dapat membedakan pengalaman virtual/digital dari yang nyata. Dalam beberapa kapasitas, respons fisiologis dan psikologis saya seolah-lah itu terjadi dalam kenyataan."
Melansir dari Kumparan.com, mengenai kasus ini, juru bicara Meta sangat menyesal dengan kejadian ini. Mereka akan melakukan peningkatan dan mempelajarinya, sebab berharap metaverse membawa dampak yang positif.
" Horizon Venues harus aman, dan kami berkomitmen untuk membangunnya seperti itu. Kami akan terus melakukan peningkatan saat kami mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana orang berinteraksi di ruang ini, terutama dalam hal membantu orang melaporkan sesuatu dengan mudah dan andal."
Ternyata, pelecehan seksual di Metaverse ini bukanlah yang pertama kali. Hal serupa juga pernah terjadi pada awal Desember 2021. Untuk mengetahui postingan lengkap milik Nina Jane Patel, bisa klik link ini, ya!