11 Puisi Hari Ibu dari Sastrawan Terkenal dengan Diksi yang Indah dan Menyentuh

Reporter : Aditia Lestari
Senin, 11 Desember 2023 15:29
11 Puisi Hari Ibu dari Sastrawan Terkenal dengan Diksi yang Indah dan Menyentuh
Puisi-puisi pilihan ini memiliki kalimat yang indah dan bikin haru, cocok untuk dipersembahkan untuk ibu tercinta

Hari Ibu adalah hari yang spesial bagi semua orang, terutama bagi anak-anak. Pada hari ini, anak-anak biasanya merayakan Hari Ibu dengan memberikan hadiah, ucapan selamat, atau sekadar menghabiskan waktu bersama ibu mereka.

Salah satu cara yang bisa dilakukan anak-anak untuk mengungkapkan rasa cinta dan terima kasih kepada ibu mereka adalah dengan menulis puisi. Puisi adalah media yang tepat untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam, karena puisi menggunakan bahasa yang indah dan puitis.

Puisi Hari Ibu bisa berisi tentang apa saja, mulai dari ungkapan cinta, terima kasih, hingga doa untuk ibu. Berikut adalah beberapa puisi Hari Ibu dari karya sastrawan terkenal Indonesia, mulai dari Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Joko Pinurbo, sampai W.S Rendra yang bisa dijadikan ucapan untuk ibunda:

1 dari 11 halaman

Ibu - Kahlil Gibran

Puisi Hari Ibu

Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.

Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.

Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok ibu. Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya.

Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.

Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.

 

2 dari 11 halaman

Ibu - Chairil Anwar

 

Puisi Hari Ibu

Pernah aku ditegur

Katanya untuk kebaikan

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah aku diminta membantu

Katanya supaya aku pandai

Ibu.....

Pernah aku merajuk

Katanya aku manja

Pernah aku melawan

Katanya aku degil

Pernah aku menangis

Katanya aku lemah


Ibu.....

Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan

Dia ubati dengan penawar dan semangat

Dan Bila aku mencapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun.....

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu

Mengalir di pipimu

Begitu kuatnya dirimu....

Ibu....

Aku sayang padamu.....Tuhanku....Aku bermohon padaMu

Sejahterakanlah dia

Selamanya.....

 

3 dari 11 halaman

Ibu - KH. Mustofa Bisri

 

Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama

Kaulah Kawah darimana aku meluncir dengan perkasa

Kaulah bumi yang tergetar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam

mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku

telaga tempatku bermain berenang dan menyalam

Kaulah Ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku

Kaulah ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak sorga di telapak kakimu

4 dari 11 halaman

Bunda Air Mata - Emha Ainun Najib

 

Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis,
para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda
membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu

 

5 dari 11 halaman

Apa Artinya Ibu - Karl Fuchs

 

Ibu" adalah kata yang sangat sederhana,
Tapi bagiku ada makna yang jarang terdengar
Untukku hari ini, kasih ibuku menunjukkan jalan
Aku akan mencintai ibu sepanjang hariku,
Untuk memperkaya hidupku dalam banyak hal
Dia meluruskanku dan kemudian membebaskanku,
Dan itulah arti kata " ibu" bagiku

 

6 dari 11 halaman

Kasih Ibu - Helen Steiner Rice

 

Cinta seorang ibu adalah sesuatu
yang tak seorang pun bisa menjelaskannya,
Itu terbuat dari pengabdian yang mendalam
dan pengorbanan dan rasa sakit,
Cintanya tidak ada habisnya dan tidak mementingkan diri sendiri
serta tetap bertahan apa pun yang terjadi,
Karena tidak ada yang bisa menghancurkannya
atau mengambil cinta itu,
Ibu seorang yang sabar dan pemaaf
ketika semua yang lain meninggalkan,
Dan cinta Ibu tidak pernah gagal atau terputus-putus

 

7 dari 11 halaman

Alamat Ibu - Isbedy Stiawan ZS

 

jika aku jauh berjalan
dan lupa rumah ibu
maka selalu kuingat
pohon yang kau tanam
di depan rumah sebelah kanan
meski kumaklumi
tak setiap waktu
pohon itu berbunga
dan berbuah

aku akan menandainya
dengan mencecap rasa
atau berteduh di bawahnya
menghitung daun yang gugur
mengingat uzur
matahari selepas zuhur

jika kau laut
aku sudah seberangi
dalamnya, dan meliwati
pulaupulau-benuabenua
meski aku maklum
tak setiap waktu
aku bisa lelap
dalam ombakmu
dan berlayar...

aku akan menerimanya
seperti kurindu cintamu
yang merekatkan layar
ke lambung perahu ini
bagiku menitipkan usia
di telapak kakimu
muara surga

jika aku jauh berjalan
lupa pulang ke hatimu
tempat pohonpohon berbunga
dan laut tumbuhkan benua
tetaplah senyummu melambai
sebagai mercusuar
bagi para pelayar

maka aku tak pernah tersasar

karena sejauh anak pergi
dan lalai jalan pulang
kau akan mengingatkan
perantau agar kembali

demikian ibu
selalu mencahayakan
alamat.

 

8 dari 11 halaman

Jendela - Joko Pinurbo

 

Di jendela tercinta ia duduk-duduk
bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.
Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi
dan setiap mereka ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan dan kiri.

Mereka memandang takjub ke seberang,
melihat bulan menggelinding di gigir tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam, byuuurrr....

Sesaat mereka membisu.
Gigil malam mencengkeram bahu.
" Rasanya pernah kudengar suara byuuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu."
" Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku,"
timpal si ibu sembari memungut sehelai angin
yang terselip di leher baju.

Di rumah itu mereka tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku.
Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.

" Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa bersama."
" Tapi kita tak akan pernah berpisah, bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma."

Selepas tengah malam mereka pulang ke ranjang
dan membiarkan jendela tetap terbuka.
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi tidur mereka yang bersahaja
seperti doa yang tak banyak meminta.

 

9 dari 11 halaman

Ibu - D. Zamawi Imron

 

Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daun pun gugur bersama reranting
Hanya mata air air matamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

Bila aku merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti

Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu
Engkau ibu dan aku anakmu

 

10 dari 11 halaman

Ibuku Dehulu - Amir Hamzah

 

Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata
akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi

matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku

Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.

 

11 dari 11 halaman

Sajak Ibunda (karya W.S. Rendra)

 

Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.
Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku.

Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,
aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu,
aku peluk kamu di dalam persahabatan.
Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,
agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing
yang selalu, bagai bumi, air dan langit,
membela kita dengan kewajaran.

Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.
Demikian pula koruptor, tiran, fasis,
wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,
mereka pun punya ibu.
Macam manakah ibu mereka?
Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?
Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?
Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:
“ Ibu aku telah menjadi antek modal asing;
yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi kemelaratan rakyat,
lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,
sementara orang desa yang tanpa tanah jumlahnya melimpah.
Kini aku kaya.
Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti.”
Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.

Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunya
tentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan?
Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:
“ Nak, jangan lupa bawa jaketmu.
Jagalah dadamu terhadap hawa malam.
Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,
tolong belikan aku udang goreng.”

Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.
Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.
Kamu adalah Indonesia Raya.
Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.
Kamu adalah hutan di sekitar telaga.
Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.
Kamu adalah kidung rakyat jelata.
Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.

 

 

 

Beri Komentar