© 2019 Https://www.diadona.id/immunizekansascoalition.org
Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Begitulah kira-kira.
Pola asuh orang tua menjadi bagian penting yang menjadi penentu masa depan anak-anaknya. Ini juga telah disampaikan oleh para ahli lho Moms.
Orang tua merupakan peran penting yang akan membentuk karakter dan kepribadian seorang anak hingga kesuksesannya kelak.
Pola asuh yang seharusnya diajarkan pendidikan justru banyak diabaikan. Pendiri program inovasi remaja The Knowledge Society, Nadeem Nathoo menyatakan dalam sebuah konferensi CogX 2021 menyatakan bahwa anak-anak akan memiliki peluang untuk sukses bila memiliki keingintahuan yang besar.
“ Mereka juga tidak boleh malas, tetapi bukan juga harus bekerja secara berlebihan,” jelas Nathoo, seperti dikutip dari CNBC pada 29 Juli 2021.
Apakah Moms dan Daddy sudah benar-benar membentuk pola pikir anak dengan cara yang terbaik?
Pada dasarnya, setiap orang tua perlu memperhatikan dan mempertimbangkan apakah buah hati memiliki bias towards action atau tidak.
Towards action merupakan pola pikir yang tidak hanya mengacu pada ide saja, tetapi juga terjun ke praktikk.
Contoh termudah yang bisa Moms perhatikan adalah saat ia bersedia untuk mengambil tindakan atau keputusan sendiri untuk melihat keberhasilan dari ide yang mereka dapatkan.
Lalu, hal yang perlu dipertimbangkan lainnya adalah apakah anak-anak memiliki kecenderungan menghabiskan waktu untuk berpikir atau mereka lebih memiliki tujuan untuk membuat perubahan di dunia.
“ Jika anak Anda melakukan tiga hal dari sudut pandang yang sudah dijabarkan dapat membuat Anda mudah mengidentifikasi dan membantu anak Anda berada pada jalur yang benar,” papar Nathoo.
Menurut penelitian yang diterbitkan Pediatric Research Journal pada 2018, orang tua yang menaruh kepercayaannya pada buah hatinya akan membuat mereka memiliki keberhasilan yang lebih tinggi. Seperti meningkatkan kinerja dan pola pikir anak lebih baik dalam hal membaca dan menghitung.
Hal itu merupakan hasil penelitian yang melibatkan 6.200 anak TK di Amerika Serikat, lho. Jadi, jika Moms dan Daddy tidak pernah memberikan kepercayaan untuk buah hati, mulailah dari sekarang.
Psikolog Harvard, Lisa Feldman Barrett menyatakan jika pujian dari orang tua menjadi hal yang sangat penting. Mungkin Moms sering kali membandingkan anak dan lebih memuji anak tetangga untuk membangkitkan kualitas anak. Tapi hal itu salah.
Hal tersebut akan membantu anak dalam mengambil pilihan dan lebih percaya diri sehingga kemampuan keterampilan dalam dirinya dapat meningkat.
“ Kemampuan dan keterampilan anak dapat dikembangkan dengan mencoba memberinya contoh permasalahan atau alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah,” jelas Nathoo.
Orang tua kerap lupa dengan bakat dan minat anak-anaknya. Bahkan nggak sedikit orang tua yang memaksakan bakat buah hatinya. Alih-alih memberikan bekal informasi dan dukungannya.
Peran orang tua untuk memastikan anak-anak mereka mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang tersedia nantinya itu sangat penting. Pengetahuan atau informasi tersebut akan membantu anak mencari tahu apa yang menjadi minatnya.
“ Saya percaya bahwa orang tua harus dengan ‘sengaja’ mendorong rasa ingin tahu anak sebagai pemicu untuk membuat mereka meneliti dan mencari tahu sendiri,” tambah Nathoo.
Sistem pendidikan pada umumnya mengajarkan hal yang berbeda dan cenderung berkutat pada permasalahan teoretis. Misalnya dengan menghafal keseluruhan materi tanpa mengetahui apa minat dari anak yang sebenarnya.
Melihat bagaimana banyak pelajar sekarang ini dipaksa untuk menghafal dan mengeluarkan segala informasi yang sudah diterima itu adalah hal yang membuang-buang waktu.
“ Kehidupan akan lebih baik jika memiliki institusi pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan manusia,” karena sistem pendidikan yang ada saat ini tidak mempersiapkan generasi muda dengan baik di masa depan.
Pembelajaran yang menggunakan pengalaman sebagai bahan pelajaran, belajar bekerja sama dengan orang lain, dan membangun relasi menjadi kunci untuk pengembangan generasi muda yang lebih baik.
“ Pelajaran seperti itu yang sifatnya akan bertahan lama, bukan seperti menghafal,” tutup Nathoo seperti dikutip dari Liputan6.com pada 29 Juli 2021.
Hingga saat ini, pendidikan semacam itu masih sekitar 70-90 persen dilakukan oleh seluruh institusi pendidikan. Sayang sekali.