© Popsugar.com
Semua orang tua pasti memiliki harapan agar bisa melihat anaknya sukses. Meski begitu, harapan tersebut tak bisa dibebankan sepenuhnya pada anak. Orang tua tetap harus memiliki road map yang jelas untuk bisa mencapai kesuksesan anak.
Ada beberapa keterampilan kunci yang bisa menjadi jalur awal untuk anak menatap kesuksesan. Keterampilan ini tentu saja wajib diajarkan oleh orang tua. Nggak bisa dong si buah hati dilepas dan disuruh belajar sendiri?
Apa sajakah keterampilan tersebut? Simak dalam pembahasan berikut ini ya!
Rasa percaya diri adalah modal yang sangat besar untuk seseorang bisa mewujudkan keinginannya. Jika diibaratkan, kepercayaan diri adalah kendaraan untuk seorang anak bisa bergerak dan membawa bagasi penuh potensi ke arah kesuksesan sebagai tujuan akhirnya.
Sebaliknya, rasa rendah diri adalah hal yang akan mematikan keinginan tersebut. Orang tua bisa mulai menanamkan nilai-nilai percaya diri dengan mengajak anak mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya. Mungkin anak kita tidak mahir menggambar, tapi siapa tau suaranya merdu?
Fokus pada hal yang dibisa dan mempelajarinya lebih dalam akan jadi salah satu pijakan kokoh untuk membangun rasa percaya diri pada anak.
Empati adalah kekuatan karakter yang akan sangat berharga untuk seorang anak. Empati membuat anak bisa lebih punya posisi di kehidupan sosial tanpa harus merugikan orang lain.
Secara umum, empati memiliki tiga jenis berbeda, yakni empati afektif di mana anak memiliki kemampuan untuk dapat turut merasakan perasaan dan emosi orang lain. Lalu empati perilaku yang mendorong anak untuk memiliki rasa welas asih. Terakhir adalah empati kognitif, yakni kemampuan untuk memosisikan diri di kondisi orang lain.
Orang tua bisa mengajarkan empati lewat berbagai cara. Salah satu yang paling umum adalah dengan menceritakan dongeng-dongeng dengan karakter yang menonjol dan memiliki pesan moral. Usaha memahami karakter dongeng bisa menjadi langkah awal untuk membangun sensitivitas empati anak.
Sekencang-kencangnya kendaraan, pasti tetap butuh rem. Pada manusia, kontrol diri adalah rem yang membatasi apa-apa saja yang perlu dilakukan dan mana yang tidak dibutuhkan. Kemampuan mengendalikan emosi, pikiran, tindakan, keinginan, dan perhatian adalah kekuatan penting yang akan berpengaruh pada kesuksesan anak di masa depan.
Salah satu cara untuk melatih kontrol diri adalah dengan memberikan isyarat pada tindakan-tindakan anak yang menurut orang tua melewati batas. Menanamkan pemahaman bahwa kehidupan ini memiliki pagar batas akan melatih kemampuan anak untuk tetap berada di zona stabil yang kemudian berimplikasi pada kemampuannya untuk mengontrol diri.
Integritas adalah satu kesatuan yang terdiri dari keyakinan, kemampuan, sikap, serta keterampilan yang membantu anak-anak untuk bisa melakukan apapun dengan tepat dan maksimal. Tentu integritas tidak muncul begitu saja. Peran orang tua sangat besar dalam memupuk nilai-nilai integritas yang perlu muncul pada anak di masa depan.
Orang tua bisa memulainya dengan memberi ruang eksplorasi seluas mungkin untuk anak mengembangkan diri. Fungsi orang tua di tahap ini adalah mendampingi dan memberi pemahaman tentang aktivitas mereka. Ruang eksplorasi dari orang tua ini akan mempertajam keterampilan dan keyakinan anak sehingga di masa depan, ia bisa menjadi orang yang berintegritas.
Dalam hal ilmu, merasa cukup adalah awal dari kemunduran. Untuk bisa terus maju dan berkembang, diperlukan rasa ingin tahu yang tak kunjung habis. Dengan modal rasa ingin tahu, anak akan terus belajar sehingga ia memiliki wawasan dan kecerdasan yang maksimal.
Memelihara rasa penasaran pada diri anak bisa dimulai dari kesabaran orang tua untuk menjawab apapun pertanyaan anak, bahkan jika pertanyaan tersebut terdengar aneh sekali pun. Orang tua sebaiknya tidak menegur anak yang banyak bertanya tanpa penjelasan lebih lanjut karena hal tersebut bisa memantik trauma, yang di kemudian hari bisa mematikan rasa ingin tahunya.
Ketekunan adalah kombinasi dari kegigihan dan konsistensi. Dengan kemampuan untuk tekun dalam melakukan sesuatu, anak dapat memiliki etos kerja yang baik dalam hal apapun. Ketekunan juga dapat mengajarkan anak bahwa kesuksesan tidak dibangun dalam satu malam, melainkan lewat proses bertahap.
Menanamkan ketekunan pada anak bisa dilakukan lewat permainan seperti puzzle yang membuat anak fokus untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Hal seperti ini bisa menjadi miniatur masalah kehidupan di masa depan yang membutuhkan ketekunan untuk bisa melaluinya.
Optimisme adalah kemampuan untuk bisa terus berpikir positif dalam situasi terhimpit sekalipun. Anak yang optimis pasti akan bisa melihat satu titik cahaya di kegelapan. Optimisme merupakan kondisi di mana seseorang memiliki keyakinan bahwa sesuatu pasti dapat berjalan sesuai harapan.
Pelajaran tentang optimisme pertama kali tentu datang dari orang tua. Optimisme terselip dalam banyak hal di keseharian, bahkan dalam obrolan kecil sekalipun. Mendorong anak untuk bisa berjalan untuk pertama kalinya adalah optimisme. Mengajarkan balita untuk mengucap kata 'mama' atau 'papa' juga optimisme.
Masih banyak lagi bentuk optimisme lain yang tersebar di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, orang tua harus bisa menjaga aura positif di dalam rumah selama bersama anak untuk dapat menanamkan rasa optimis sejak dini.
Itu tadi adalah tujuh kemampuan yang perlu ditanamkan pada anak sejak dini demi kesuksesannya di masa depan. Bagaimana Moms, apa buah hati sudah mulai belajar hal-hal tersebut?