© Shutterstock.com/Lopolo
Moms, pernah nggak sih tiba-tiba berpikir ketika buah hati tercinta tiba-tiba mengalami bullying di lingkungan sekolahnya?
Sejumlah alasan mungkin menjadi latar belakang pasti dibalik aktivitas bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Mulai dari perbedaan hingga berada di lingkugan yang salah bisa menjadi faktor utama penyebab seorang anak mungkin merasa terintimidasi.
Sebenarnya, ada karakteristik tertentu yang dapat meningkatkan peluang bagi anak-anak untuk mengalami bullying hingga dikucilkan oleh teman-temannya. Yang perlu Moms ingat, anak-anak yang dikucilkan tidak perlu mengubah karakteristiknya untuk menghindari bullying. Pihak yang paling tepat untuk disalahkan dalam kasus ini adalah mereka yang melakukan penindasan.
Lantas, tipe-tipe anak seperti apa sih yang paling rentan mengalami penindasan, pengucilan, hingga intimidasi?
Dikutip dari laman verywellfamily.com, ada beberapa tipe anak yang kerap menjadi objek sasaran para pelaku bully. Siapa saja?
Anak-anak yang berhasil di lingkungan akademiknya paling rentan mengalami penindasan dan pengucilan. Seringkali anak-anak yang berada di wilayah ini merasa terintimidasi karena mendapatkan banyak perhatian positif dari lingkungannya.
Dengan demikian, si pembully akan merasa rendah diri dan semakin khawatir dengan kemampuannya. Sebagai gantinya, si perundung ini akan berusaha membuat anak-anak pintar merasa tidak nyaman dengan menggertak.
Di sekolah, siswa yang berprestasi seperti anak-anak yang belajar dengan sangat cepat dan mampu mengerjakan proyek atau tugas lebih baik juga cepat daripada siswa lain lebih sering menjadi sasaran perilaku bullying. Pengganggu biasanya memilih mereka karena mereka iri dengan perhatian ini.
Anak-anak yang introvert, cemas, atau penurut lebih cenderung diganggu daripada anak-anak yang ekstrovert dan asertif.
Faktanya, beberapa peneliti percaya bahwa anak-anak yang kurang percaya diri dapat menarik perhatian anak-anak yang rentan terhadap perundungan. Terlebih lagi, anak-anak yang terlibat dalam kesenangan orang sering menjadi sasaran pengganggu karena mereka mudah dimanipulasi.
Banyak korban bullying cenderung memiliki lebih sedikit teman dibandingkan anak-anak yang tidak mengalaminya. Mereka mungkin ditolak oleh teman sebayanya, dikucilkan dari acara sosial, dan bahkan mungkin menghabiskan makan siang dan istirahat sendirian.
Orang tua dan guru dapat mencegah intimidasi terhadap siswa yang terisolasi secara sosial dengan membantu mereka mengembangkan persahabatan. ‘Penelitian menunjukkan bahwa jika seorang anak memiliki setidaknya satu teman, peluang mereka untuk diganggu berkurang secara dramatis.’
Terkadang pelaku intimidasi menargetkan anak-anak yang populer atau disukai karena ancaman yang mereka berikan kepada si penindas.
Banyak agresi relasional terkait langsung dengan upaya untuk menaiki tangga sosial. Anak-anak akan menyebarkan desas-desus, terlibat dalam pemanggilan nama, dan bahkan menggunakan cyberbullying dalam upaya untuk menghancurkan popularitas mereka. Cukup menakutkan ya, Moms?
Hampir semua jenis ciri fisik yang berbeda atau unik dapat menarik perhatian pelaku intimidasi. Bisa saja yang akan menjadi korbannya adalah mereka yang memiliki postur tubuh pendek, tinggi, kurus, atau gemuk. Mereka mungkin memakai kacamata atau memiliki jerawat, hidung besar, atau telinga yang menonjol.
Tidak peduli siapa mereka, seperti apa mereja, yang terpenting bagi pembully adalah mereka akan mengubahnya menjadi target. Sering kali, jenis intimidasi ini sangat menyakitkan dan merusak harga diri anak-anak hingga remaja yang menjadi objek bullying di lingkungannya.
Kerap terjadi, pembully sering menargetkan anak-anak berkebutuhan khusus. Ini dapat mencakup anak-anak yang memiliki gangguan spektrum autisme (ASD), sindrom Asperger, attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), disleksia, Down syndrome, atau kondisi apa pun yang membedakannya.
Bahkan, anak-anak dengan alergi makanan, asma, dan kondisi lainnya juga bisa menjadi sasaran pelaku intimidasi lho, Moms. Ketika ini terjadi, para pengganggu menunjukkan kurangnya empati atau membuat lelucon dengan mengorbankan orang lain. Sangat penting bagi guru dan orang tua untuk memastikan anak-anak ini memiliki kelompok pendukung bersama mereka untuk membantu mempertahankan diri dari intimidasi.
Menyangkut suku, ras, dan agama, tidak jarang anak-anak diintimidasi karena perbedaan keyakinan mereka. Setiap siswa dapat diintimidasi karena keyakinan agama mereka. Baik siswa Kristen maupun siswa Yahudi sering diejek karena kepercayaan dan praktik mereka juga.
Tak sedikit siswa dengan perbedaan ras dan budaya menjadi objek bullying lingkungan sekolahnya. Misalnya, siswa kulit putih dapat memilih siswa kulit hitam menargetkan mereka untuk ditindas atau hanya sekedear diejek. Bullying semacam ini kerap terjadi pada semua ras dan agama.