© Freepik.com
Memiliki anak di usia remaja adalah fase yang menyimpan banyak kejutan untuk orang tua. Pasalnya, ada sederet perubahan yang terjadi pada diri anak, yang tak jarang membuat orang tua menggumam, "Lho anakku kok jadi gini?'.
Perubahan dari sisi fisik seperti munculnya jerawat atau suara pecah mungkin masih bisa dikendalikan. Masalah yang lebih besar biasanya justru datang dari sisi kepribadian.
Anak di usia remaja cenderung ingin menjalani kehidupan dengan caranya sendiri. Hal ini yang banyak dianggap sebagai pemberontakan oleh orang tua. Pertanyaannya, kenapa anak remaja jadi memberontak dan nggak senurut dulu?
Pakar parenting Rizal Badudu mengungkap bahwa anak yang saat remaja cenderung memberontak adalah mereka yang relatif dibebaskan oleh orang tua semasa kecil. Pemberontakan itu terjadi sebagai bentuk kebingungan anak terhadap orang tua yang mendadak mengetatkan aturan.
" Dulu semuanya boleh, dulu waktu kecil boleh memilih. Sekarang, waktu anak beranjak remaja, karena orang tua melihat risiko-risiko tertentu dalam pergaulan, segala sesuatunya diperketat," ujar Rizal Badudu.
Rizal Badudu menggambarkan pola asuh tersebut layaknya sebuah corong yang terbalik. Ia menunjukkan bahwa ada kekeliruan dari orang tua dalam hal pengetatan aturan di usia anak yang menginjak remaja.
" (Ruang gerak anak) jadi dikecilkan seperti corong yang terbalik. Ini betul-betul terbalik dan anak-anak jadi berontak," terangnya.
Untuk menghindari adanya ledakan pemberontakan anak di usia remaja, idealnya orang tua mendidik anak dengan pola searah, minim negosiasi, untuk mengenalkan disiplin sejak dini. Terdengar otoriter, namun pola ini penting untuk menjadi landasan karakter anak ke depannya sebelum orang tua benar-benar melepaskan segala keputusan anak pada dirinya sendiri.
" Orang tua sering terbalik memberikan kelonggaran aturan saat anak masih kecil dan memperketatnya saat ia beranjak remaja. Jelas anak tidak akan menaati dan terlihat seperti memberontak," ungkap Rizal Badudu.
" Anak di usia nol sampai lima, mungkin bisa geser sampai enam atau tujuh tahun, itu kita perlu mengetatkan peraturan, mengetatkan pilihan, membatasi keputusan-keputusan. Bukan dia (anak) yang pilih," terangnya.
Menetapkan disiplin dengan pola yang seperti corong akan membantu anak untuk bisa memiliki pemahaman lebih dini soal kedisiplinan, ketaatan, dan tanggung jawab. Harapannya, anak bisa tumbuh menjadi remaja yang lebih matang sehingga sifat memberontak pun tidak muncul.
" Saat dia sudah belajar disiplin, belajar taat di umur yang masih kecil, kita bisa longgarkan peraturan di waktu umurnya meningkat. Dia akan jadi anak yang bertanggung jawab, lebih matang, dan lebih mudah untuk taat," pungkasnya.
Wah, bekal yang berharga nih buat para calon orang tua atau orang tua baru. Semoga bisa menanamkan kedisiplinan sejak dini sehingga nggak perlu berhadapan dengan anak remaja yang berontak ya.