IStock
Siapa yang nggak merasa ketakutan saat anak tiba-tiba bercerita bahwa mereka bisa melihat hantu? Mungkin beberapa dari kita akan berusaha tenang dan mengabaikan hal itu. Tapi ada juga yang rasanya langsung pengen beres-beres dan pindah rumah saking parnonya.
Hal seperti ini memang kembali lagi pada keputusan kita sendiri. Entah kita mau percaya atau enggak dengan keberadaan hantu, tapi yang harus kita hadapi sekarang adalah kenyataan bahwa anak kita benar-benar mengalaminya.
Dilansir dari The Washington Post, banyak psikolog yang mengatakan bahwa sebenarnya fenomena ini ada hubunganya dengan keberadaan teman khayalan yang dimiliki beberapa anak. Charles Fernyhough, seorang psikolog di Durham University, mengungkapkan dulu teman khayalan memang dianggap sebagai tanda awal dari penyakin mental, tapi sekarang justru hal itu merupakan tanda positif dari perkembangan anak yang sehat.
Pemikiran lama mengasumsikan anak-anak nggak bisa membedakan mana yang nyata dan yang tidak dalam kasus ini. Tapi pemikiran baru yang diungkapkan Jacqueline D. Woolley, profesor psikologi di University of Texas, menyebutkan bahwa anak-anak sepenuhnya mengetahui mana yang nyata bahkan meski kelihatannya mereka seperti nggak bisa membedakannya.
Charles kemudian menyimpulkan bahwa terkadang anak-anak mencampuradukkan imajinasi dan kenyataan. Hal itu mereka lakukan untuk memiliki sesuatu seperti pengalaman halusinasi.
Lantas menghadapi hal seperti ini, apa yang harus kita lakukan?
Menurut Charles, yang terpenting untuk dilakukan oleh orang tua saat menghadapi situasi seperti ini adalah jangan terlalu khawatir berlebihan. Di luar sana banyak orang tua yang khawatir saat anaknya punya teman khayalan atau pengalaman aneh.
Bagi Charles, selama hal itu nggak menyusahkan dan mengganggu kehidupan kita maka orang tua sebaiknya nggak perlu terlalu khawatir. Kita bisa menanyakan pada anak apakah dia mengalami kesulitan karena pengalaman itu untuk mengetahui dampaknya.
Jacqueline juga mengungkapkan bahwa kalau pun benar ada hantu, kita tentu nggak bisa melawan hal itu. Yang bisa kita lakukan adalah membantu menstabilkan emosi.
Berdebat tentang imajinasi dan kenyataan tentu nggak akan ada ujungnya. Rasa takut sangat wajar terjadi tapi jangan jadikan hal itu sebagai sebuah masalah besar.
Sebagai gantinya, Jacqueline menyarankan agar orang tua terlibat dengan fantasi anak. Kita bisa menanyakan apakah hantu membuatnya takut, atau apakah mereka menyukai hal itu.
Hantu yang menakutkan bisa diubah sesuai kebutuhan. Semua kembali pada keputusan kita untuk mendorong atau mengecilkan kepercayaan yang ada pada pikiran anak.
Semoga informasi ini bisa membantu ya, Moms!