© Parents.com
Adik saya waktu kecil adalah sosok yang sangat energetic. Dia suka lari sana-sini, dia melakukan segala aktivitas fisik, dan--yang terpenting--dia suka ngomong!
Saking sukanya, sepertinya ngomong bagi dia adalah kebutuhan, seperti manusia yang butuh oksigen.
Mengingat lagi masa-masa itu membuat saya berpikir, bagaimana kalau kelak punya anak yang sedoyan itu untuk ngomong ya? Setelah mencari tahu dari banyak sumber di internet, saya menemukan beberapa taktik agar anak tahu kapan waktunya dia berhenti memberondongkan kata-kata dari mulut kecilnya itu. Beirkut ini ulasannya.
Anak kecil suka banget ngomong karena mereka tahunya ngomong adalah kegiatan mengeluarkan kalimat dari mulut, bukan kegiatan bertukar informasi. Jelaskan ke dia kalau ngomong bisa berubah jadi ngobrol waktu dia mau mendengar.
Buat suatu adegan di mana kamu mengatakan satu kalimat. Lalu minta dia untuk mengeluarkan pertanyaan yang berkaitan dengan kalimatmu tersebut. Kegiatan ini juga bisa melatih imajinasi dan fokus anak.
Pernah suatu hari orang tua saya dapat laporan dari sekolah tentang adik yang suka ngomong di kelas. Ketimbang memarahi, orang tua saya melakukan satu taktik yang brilian, yaitu meminta adik untuk menuliskan setiap pemikiran yang ingin dia omongkan. Tulisan tersebut kemudian akan disetorkan ke orang tua sesampainya di rumah.
Dari situ, anak mulai bisa menimbang mana yang harus diomongkan, mana yang tidak. Selain itu anak juga tanpa sadar mulai berlatih merangkai kata dengan lebih tertata lewat tulisan.
Segala sesuatu yang sulit untuk disampaikan secara gamblang bisa disampaikan dengan cara subtil.
Kamu bisa nge-briefing anak dengan beberapa kode yang menandakan kalau porsi ngomongnya sudah berlebih. Buat kode berupa deheman misalnya. Kode-kode seperti ini juga untuk menghindari mengingatkan anak di depan umum yang bisa memengaruhi psikologisnya.
Anak-anak yang doyan ngomong punya kecenderungan untuk nggak mendengar. Oleh karenanya, kadang mereka nggak memberi waktu untuk pihak lain ikut ngomong juga.
Tentu hal ini terjadi karena ketidak tahuan. Kamu bisa menjelaskan pentingnya mendengar seperti poin di atas. Ajarkan juga dia kalimat seperti " Maaf tadi sudah motong omongan" untuk membuatnya lebih aware akan keadaan.
Beberapa pembaca mungkin akan menggerakkan bola mata ke atas waktu sampai ke poin ini. Tapi memang benar. Poin terpenting adalah sabar.
Banyak orang tua yang nggak cukup sabar untuk menghadapi anaknya yang doyan ngomong. Yang mereka lakukan sepanjang waktu adalah meminta anak untuk diam. Padahal, tanpa mereka sadari, permintaan tersebut bisa saja mematikan sense anak untuk jadi lebih kritis.
Anak yang doyan ngomong sering disalah pahami oleh orang yang lebih dewasa dengan diberi label 'cerewet'. Padahal 'cerewet' adalah sifat orang dewasa.
Anak kecil yang doyan ngomong cuma nggak tau kapan waktunya berhenti. Yang kita perlukan cuma kesabaran yang luas untuk membimbing mereka agar bisa ngomong dengan berisi dan sesuai porsi.