© Shutterstock
Masih banyak orang tua yang berpikir kalau punya anak itu bagian dari investasi. Mereka memberikan segala hal yang terbaik bagi anak-anaknya dengan harapan suatu hari nanti si anak juga akan memberikan kebahagiaan yang sama pada mereka. Akhirnya banyak orang tua yang membebankan kebahagiaan mereka pada diri sang anak.
Meski kedengarannya nggak adil bagi anak, tapi nyatanya banyak orang tua yang masih sering melakukan hal itu. Padahal sebenarnya nggak baik jika kita terus punya pemikiran seperti itu karena anak nggak punya tanggung jawab untuk bikin orangtuanya bahagia.
Salah satu curhatan yang dibagikan oleh seorang ayah di His View From Home ini mungkin bisa menjadi inspirasi bagi kita. Berikut isi curhatannya yang telah diterjemahkan.
Aku ingat perasaan gembira yang nggak terlukiskan saat hari kelahiran putriku. Aku bahkan nggak ingin menurunkannya karena aku bisa aja kehilangan dia.
Ketika dia tumbuh dewasa dan menjadi balita, aku merasa sangat bahagia. Aku mencintainya dan rela menyerahkan hidupku untuknya tanpa ragu. Tapi aku juga berani mengakui bahwa ada hari di mana aku berharap anakku akan datang dan melakukan hal yang sama padaku.
Dan saat aku melihatnya tumbuh, aku belajar bahwa aku harus mengendalikan perasaan egoisku sendiri. Bahwa anak-anak kita nggak bertanggung jawab atas kebahagiaan kita.
Sebagai ayah, secara alami kita memiliki semangat untuk bersaing. Kita suka pamer saat anak kita punya bakat dan keahlian tertentu dan memberikan mereka kasih sayang yang lebih dari biasanya. Tuhan tahu aku salah soal ini. Banyak momen di mana aku berharap anakku bisa memberiku kebahagiaan dengan apa yang dia lakukan.
Setelah menghabiskan waktu bermain bola dengan anakku, aku berpikir panjang dan keras tentang bagaimana peranku sebagai orang tua. Anakku sudah memberikan semua yang aku butuhkan lalu apakah aku sudah memberikan kebutuhannya?
Aku menceritakan kisah ini agar setiap orang tua berpikir tentang alasan mengapa mereka mencintai anak-anak mereka. Apakah kita mencintai mereka karena berharap mereka akan memberikan kebahagiaan pada kita, atau apakah kita mencintai mereka karena diri mereka?
Seperti yang aku katakan, aku sangat mencintai anakku dan aku akan menyerahkan hidupku untuknya. Tapi selalu ada waktu di mana anakku membuatku kecewa dan jengkel padanya.
Dan aku sadar bahwa kesalahan terbesar yang dilakukan banyak orang tua adalah berharap anak bisa membuat diri mereka bahagia. Padahal hal itu nggak adil bagi anak dan sama sekali nggak mungkin. Pasti akan ada saat di mana kita mengalami momen bahagia bersama anak. Tapi anak juga bisa melakukan kesalahan dan membuat kita marah atau kecewa dalam hidupnya.
Untuk itu, aku belajar bahwa meskipun aku mungkin kecewa dan marah pada anakku sendiri, tapi aku bersyukur dan bahagia bisa menjadi bagian dalam hidupnya dan melihatnya tumbuh. Pada akhirnya aku akan tetap mencintai anakku dan senang bisa menjadi ayah baginya.
Itulah isi curahan hati dari seorang ayah tentang anaknya. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi buat kamu ya!