© Shutterstock/MiniStocker
Suatu hari saya pernah datang ke sebuah acara keluarga besar. Di sana berkumpul semua generasi keluarga mulai dari pakde-bude sampai ponakan-ponakan. Saya dan sepupu-sepupu ngobrol, ponakan-ponakan main bareng, sementara para pakde-bude melakukan kegiatan standar; pamer keahlian cucu masing-masing.
Ada satu interaksi yang menarik perhatian saya dari adu gengsi para pakde-bude itu. Saat salah satu bude yang memamerkan cucunya yang sudah bisa ngoceh panjang lebar, bude yang lain tiba-tiba berkata lirih,"Kok cucuku masih diem aja ya?"
Sebagai catatan, cucu mereka ada di rentang usia yang nggak jauh beda, antara usia 2-4 tahun. Saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya kalau anak belum bisa ngomong di usia tersebut terhitung sebagai sebuah keterlambatan yang berbahaya nggak sih?
Terlambat bicara, menurut dr. Ferdy Limawal--dikutip dari salah satu majalah--adalah salah satu gangguan perkembangan yang paling umum ditemukan oleh para orang tua.
Umumnya anak terlambat bicara secara fungsional, yakni disebabkan oleh terlambatnya kematangan proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara.
Berdasarkan keterangan ahli komunikasi yang diambil dari berbagai sumber, proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh. Yakni sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, serta resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Keterlambatan bicara pada anak biasanya disebabkan oleh sistem koordinasi yang belum bisa berjalan selaras.
Terlambat bicara fungsional seperti di atas nggak usah terlalu dikhawatirkan selama anak masih terlihat komunikatif dan bisa bersosialisasi dengan baik. Yang diperlukan hanya melatih agar si kecil terbiasa untuk berbicara dengan baik.
Baru menjadi masalah yang cukup serius saat anak terlambat bicara secara non-fungsional. Gejalanya biasa terlihat dari adanya gangguang bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor, dan keterlambatan perkembangan.
Gejalanya juga bisa dilihat sejak dini, yakni apabila bayi nggak mau tersenyum saat diajak berinteraksi sosial sampai 10 minggu atau nggak mengeluarkan suara sebagai jawaban di usia 3 bulan.
Tanda lain yang bisa terlihat adalah saat anak sulit untuk memberi perhatian pada sekitarnya sampai usia 8 bulan, nggak bicara sampai usia 15 bulan, atau nggak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Gangguan bicara non-fungsional biasanya berhubungan dengan kelainan saraf, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan, atau gangguan psikologis yang perlu segera ditangani oleh dokter spesialis anak.
Saat anak terlambat bicara, orang tua harus waspada tapi juga nggak perlu terlalu panik. Amati saja perlahan. Cocokkan gejalanya dengan gangguan fungsional atau non-fungsional sehingga bisa diberi penanganan yang tepat.
Kalau sudah bisa ngomong, jadi bisa dipamerin deh. Hehe.