© Shutterstock/all_about_people
Hai, Diazens! Pernahkah kamu menemui anak kecil yang seringkali menutup mulut saat hendak disuapi makanan atau bahkan justru melepehkan kembali makanan yang telah masuk ke dalam mulutnya? Jika iya, anak kecil tersebut memungkinkan sedang mengalami GTM. Mungkin untuk orangtua baru, GTM masih terasa asing di telinga. Lantas, Apa itu GTM pada anak?
GTM merupakan singkatan dari Gerakan Tutup Mulut. Istilah tersebut seringkali digunakan saat anak mengalami fenomena menolak makanan dengan menutup mulutnya saat hendak disuapi makanan.
GTM cukup umum dialami oleh balita, terutama anak yang mulai memasuki usia 1 tahun dan biasanya akan memuncak pada usia 2 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah merasa lebih besar dan memiliki kendali atas dirinya, sehingga ia akan menunjukkan “pemberontakannya” dengan cara menutup mulut saat makan.
Namun disisi lain, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa orangtua sangat perlu untuk mengetahui bahwa anak dengan usia 1 hingga 2 tahun merupakan periode emas untuk anak, sehingga mereka membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. Melihat fenomena GTM pada anak, membuat sebagian orang tua merasa khawatir terhadap si kecil. Maka berikut terdapat beberapa penyebab GTM yang perlu kamu ketahui :
© Shutterstock/FAMILY STOCK
Salah satu alasan untuk menolak makan adalah mereka mengalami pertumbuhan pada giginya. Proses pertama kali tumbuh gigi pada anak biasanya akan terasa tidak nyaman dan sakit, sehingga mereka tidak mood untuk makan.
Jika GTM terjadi dikarenakan si kecil tumbuh gigi, sebagai orangtua bisa membantu si kecil agar untuk tetap makan dengan memberikan makanan yang lebih lunak dan dingin, seperti yogurt dan buah-buahan beku yang dipotong kecil.
Sama seperti kita, orang dewasa, si kecil bisa saja bosan dengan makanan yang diberikan walaupun makanan tersebut merupakan makanan favoritnya. Terlebih jika makanan tersebut disajikan secara terus menerus.
Hal yang lumrah jika orangtua merasa bingung harus menyajikan variasi makanan apalagi agar tidak terjadi GTM pada anak.
Jika orangtua kerapkali menyuapi anak sambil mengajaknya menonton TV atau gawai, berjalan-jalan mengelilingi komplek, atau bahkan memberikan waktu bermain disambi dengan makan, hal yang wajar jika terjadi GTM pada anak.
Karena distraksi yang terjadi, seperti banyaknya orang berlalu lalang dan ruangan yang bising dapat menjadi distraksi bagi anak sehingga membuyarkan keinginannya untuk makan.
Anak-anak sangat suka menjelajah dan bermain. Mereka sangat tertarik dengan banyak hal, sehingga ia lebih memilih waktunya untuk bermain-main untuk menjawab rasa penasarannya daripada untuk makan.
© Shutterstock/Kingmaya Studio
Jika kamu sudah menawari si kecil untuk makan dan ia menolak karena kenyang, maka tidak usah dipaksa ya, Diazens. Selayaknya orang dewasa, mereka juga memiliki kemampuan untuk merasakan tubuhnya sendiri, seperti merasakan rasa kenyang atau lapar. Mereka juga tidak selalu merasa lapar pada waktu yang sama setiap harinya.
Untuk mengatasinya, cobalah jadwal makanan yang lebih bervariasi dan fleksibel, biarkan anak makan di saat mereka merasa lapar.
Ketika diperkenalkan dengan makanan baru yang belum pernah dicicipi, anak biasanya menunjukkan penolakan, hal inilah yang menyebabkan GTM pada anak. Meskipun telah dirayu dan dibujuk oleh orang tua, anak tetap menolak bahkan untuk sekali suap.
Namun, sedikit yang tahu bahwa reaksi ini sebenarnya merupakan naluri alami anak. Ahli tumbuh kembang menganggap penolakan makanan sebagai bentuk perlindungan primitif yang mencegah anak memasukkan sesuatu yang berpotensi beracun ke dalam tubuhnya.
© Shutterstock/MIA Studio
Menghadapi anak yang sulit makan atau mengalami GTM adalah tantangan umum bagi banyak orang tua. Namun, dengan pendekatan yang tepat, kamu dapat menciptakan lingkungan makan yang positif dan merangsang selera makan anak. Berikut adalah beberapa cara mengatasi GTM pada anak yang dapat Diazens lakukan :
Memberi camilan kepada anak diantara waktu makan utama dapat membuatnya kenyang dan tidak selera ketika waktu makan tiba. Maka dari itu, pemberian camilan dapat dihindari jika saat mendekati waktu makan utama tiba.
Hindari memarahi dan memaksa anak untuk makan ya, Diazens. Perlu diketahui bahwa memaksa dan memarahi anak untuk makan hanya akan membuat si kecil takut dan tambah sulit untuk diajak makan lantaran mereka trauma.
Untuk mengatasi kebosanan dalam penyajian makanan, para orang tua dapat mengembangkan kreativitas dengan menciptakan resep baru yang menggunakan bahan-bahan penambah selera makan agar si kecil semakin menyukainya.
Menghadapi GTM pada anak, penting untuk memberikan porsi makan yang sesuai dengan ukuran perut mereka yang masih kecil. Jangan terlalu memaksakan porsi yang besar karena hal tersebut bisa membuat anak merasa takut atau cemas.
© Freepik
Hindari memberikan gawai atau menonton TV saat makan karena distraksi dapat membuat anak kurang fokus pada makanannya. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman selama waktu makan dengan menjauhkan segala macam distraksi seperti mainan atau gawai.
Agar anak lebih bersemangat untuk makan, Diazens bisa memberikan si kecil kesempatan untuk memilih menu makanan dan ikut serta dalam persiapannya. Berikan si Kecil pilihan maksimal 2 menu dan setelah mereka memilih, tawarkan pilihan lainnya.
Menolak makanan baru adalah hal yang lumrah dilakukan si kecil. Mungkin si kecil masih belum terbiasa dengan tekstur, bentuk, atau rasa makanan yang baru.
Diazens juga bisa memberikan motivasi dengan menyajikannya saat makan bersama keluarga. Melihat keluarga lain menikmati makanan baru, dia akan cenderung lebih tertarik untuk mencobanya.
Selain itu, kamu bisa mencampurkan makanan baru dengan makanan favoritnya atau jenis makanan lain yang sudah dia kenal. Namun, harus selalu diingat bahwa si kecil memiliki preferensi makanan yang berbeda, dan hal tersebut harus dihormati ketika ada makanan yang memang tidak bisa diterima olehnya.
Nah, Apakah Diazens sudah mengetahui ‘Apa itu GTM pada Anak?’. Sangat mudah dipahami bukan? Semoga bermanfaat ya!
Editor: Najwa Al Rasyidah