© Netnanny.com
Keberadaan video porno tentu masih terasa tabu di mata masyarakat. Tapi nyatanya cukup banyak orang yang mengakses video porno sebagai hiburan. Bukan hanya orang dewasa, bahkan anak-anak yang berusia sangat muda pun nyatanya juga pernah melihat konten video porno.
Kalau kita melihat orang lain yang melakukannya, pasti kita sedikit merasa nggak nyaman, jengkel, hingga bahkan memandang sebelah mata orang yang melakukan hal tersebut. Tapi kalau yang kita pergoki melakukan hal itu justru anak kita sendiri, apakah kita masih bisa nggak menghiraukannya?
Dilansir dari Parent Map, kecanggihan teknologi saat ini membuat anak lebih mudah mengakses segala jenis konten termasuk pornografi. Konten pornografi memberikan gambaran pada anak-anak tentang seks.
Tapi masalahnya adalah anak-anak bisa berpikir bahwa mereka tahu bagaimana melakukan hubungan seks karena telah melihat seks. Hal ini tentu sangat berbahaya karena pada dasarnya porno bukanlah seks yang sebenarnya.
Dalam masalah ini, orang dewasa biasanya mampu membedakan dua hal tersebut. Tapi anak-anak yang lebih muda tentu seringkali masih belum bisa.
Gail Dines, seorang profesor sosiologi di Wheelock College Boston, mengungkapkan bahwa setelah 40 tahun melakukan penelitian, dia dengan yakin mengatakan bahwa pornografi adalah produk industri yang membentuk cara kita berpikir tentang gender, seksualitas, hubungan, keintiman, kekerasan seksual, dan kesetaraan gender menjadi lebih buruk. Jadi di samping kenyataan bahwa anak telah melakukan kesalahan saat menonton konten pornografi, ada pola pikir anak yang lebih penting untuk kita perhatikan.
Pada anak laki-laki, sebuah penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Midwestern University menemukan bahwa mereka yang sering menonton konten porno cenderung melakukan pemerkosaan atau kekerasan seksual. Sementara pada anak perempuan, ditemukan laporan APA 2010 yang menunjukkan bahwa mereka yang terpapar porno di media lebih mungkin mengalami ketidakpuasan tubuh, depresi, dan merasa harga dirinya rendah.
Melihat fakta-fakta tersebut tentu kita akan merasa ngeri sendiri. Tapi yang harus kita ingat adalah bagaimana pun caranya, anak-anak tetap akan bisa melihat konten porno. Meski begitu, tugas penting bagi kita sebagai orang tua adalah bukan berlaku kejam pada mereka, tapi justru memastikan anak mendapatkan pendidikan seksual yang sehat.
Menjadi orang tua yang terbuka dalam pembahasan topik sensitif juga akan sangat membantu. Banyak orang tua yang masih menghindar jika bertemu dengan pembahasan seks. Beberapa dari mereka merasa bahwa hal itu akan secara naluriah dipahami oleh anak.
Padahal nggak semudah itu lho! Layaknya sebuah pelajaran, anak tentu butuh belajar dari sumber yang tepat dan terpercaya seperti orangtuanya sendiri. Jangan sampai anak malah mendapatkan informasi yang salah dari sumber lain.
Biarkan anak merasa nyaman untuk menanyakan berbagai hal pada kita. Dengan begitu kita juga akan lebih mudah menasehati dan medidik anak tentang seks dan hubungan.
Semoga informasi ini bisa membantu kamu ya!