© Shutterstock.com
Gatal- gatal, kulit kering, atau ruam pada tubuh sering dianggap biasa oleh masyarakat. Apalagi kalau terjadi pada anak-anak yang sangat aktif bermain.
Namun, apakah memang begitu seharusnya menyikapi beberapa gejala tersebut?
Ternyata gejala peradangan pada kulit seperti kulit kering, ruam kemerahan, bercak-bercak, dan penebalan pada kulit merupakan gejala dari penyakit Dermatitis Atopik (DA).
Dermatitis atopik pada anak merupakan kondisi eksim pada kulit dengan jangka panjang yang umumnya terjadi pada saat masih kecil, tetapi terkadang juga dapat berlanjut hingga dewasa.
University of Rochester Medical Center, menjelaskan bahwa dermatitis atopik biasanya muncul pertama kali pada usia 3-6 bulan.
Dermatitis Atopik biasanya disebabkan oleh faktor eksternal, seperti cuaca musim dingin, kering, suhu panas, dan kulit yang kurang lembap.
World Allergy Organization mendata pada tahun 2018, yang menyebutkan prevalensi dermatitis atopik pada anak sebesar 5 - 30 persen dari populasi dunia. Sedangkan di Indonesia, 2 juta kasus DA ditemukan setiap tahunnya. Jumlah yang enggak sedikit, bukan?
Namun sebagian besar justru mengira bahwa gejala DA merupakan bentuk alergi, karena kulit penderita DA cenderung bersifat kering dan hipersensitif, sehingga lebih rentan terhadap faktor external seperti benda asing.
Oleh karena itu secara awam sering disalah artikan dengan istilah alergi karena rasanya gatal.
Menurut American Academy of Dermatology, bahkan mereka yang semasa kecilnya pernah mengalami dermatitis atopik dapat terserang kembali ketika dewasa.
Beberapa orang dewasa yang menderita dermatitis atopik, karena pernah memilikinya sejak kecil. Sehingga kemungkinan, dermatitis atopik pada anak akan menghilang sementara, dan kembali setelah bertahun-tahun kemudian. Tetapi ketika datang kembali, seringkali jauh lebih ringan.
Namun, bagi beberapa anak kondisi dermatitis atopik tidak pernah hilang dan dapat penyakit seumur hidup!
Selain faktor utama yaitu riwayat keluarga atau faktor genetika keturunan, ada faktor lain yang bisa memicu DA. Hal ini antara lain debu, serbuk kayu, serbuk gypsum, semen, dan deterjen. Jadi, kalau dirumahmu memiliki hewan peliharaan, bulu hewan peliharaan dan gigitan serangga atau tungau juga bisa menjadi pemicu.
Tidak hanya itu, daya tahan tubuh, stres emosional juga sangat memungkinkan anak Anda terkena DA.
Jadi, kalau anak kamu mengalami dermatitis atopik, segeralah untuk melakukan konsultasi dengan dokter anak, untuk menghindari DA yang semakin parah. Selain itu, biasakan anak mandi air hangar untuk menghindari pemicu eksternal yang berpengaruh pada anak.