© Time.com
Rasanya ungkapan tersebut belakangan ini mulai tergeser dengan kehadiran gadget yang seolah mengambil alih seluruh perhatian manusia, bahkan sejak masih kanak-kanak.
Dampaknya, saat ini Indonesia berada di peringkat literasi yang sangat rendah bila dibandingkan negara-negara lain di dunia.
Survei Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2018 menilai kinerja anak pendidikan menengah. Tiga poin utama yang jadi penilaian literasi, matematika, dan sains.
Survei tersebut dilakukan terhadap 600.000 anak dari 79 negara. Hasilnya, Indonesia mendapat peringkat ke 6 dari bawah untuk kemampuan membaca atau literasi.
Sebenarnya masalah ini bisa diatasi dengan mulai membacakan cerita pada anak bahkan sejak dia masih bayi. Namun kegiatan ini memang cenderung kurang populer dilakukan oleh para orang tua.
Seorang dokter spesialis anak, dr. Agnes Sp.A, mengatakan dalam unggahan Youtube-nya bahwa kebiasaan membacakan cerita adalah salah satu hal yang sering dia tanyakan pada para orang tua muda. Hasilnya, kebanyakan dari mereka justru bertanya balik, " Memangnya bayi sudah paham ya kalau dibacakan cerita?"
Beberapa penelitian sudah menunjukkan bahwa meskipun bayi belum paham isi cerita, membacakan cerita bisa membuat dia terbiasa mendengarkan banyak kata. Hasilnya baru bisa terlihat dan dituai saat dia tumbuh remaja dan dewasa.
Mau tau lebih lanjut tentang manfaat membacakan cerita pada anak sejak dini? Berikut ini beberapa hasil penelitian menurut penuturan dr. Agnes.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2019, ditunjukkan bahwa anak yang sejak lahir sampai usia 5 tahun tidak pernah dibacakan buku hanya akan mendengarkan kata sebanyak 4.662 kata saja. Bandingkan dengan anak yang dibacakan satu buku saja setiap hari. Mereka akan mendengarkan sebanyak 296.660 kata. Mau lebih lagi? Anak yang dibacakan lima buku dalam sehari mendengar sebanyak 1.483.300 kata.
Pengenalan kata sejak dini akan memengaruhi perkembangan jaringan bahasa di otak. Ini akan memengaruhi kecepatan berpikir yang juga dibentuk lewat interaksi yang erat dengan bahasa. Anak akan memiliki pengalaman verbal dan kosakata yang lebih banyak. Daya ingat, daya nalar, dan kemampuan konseptualnya pun akan terbentuk lebih kuat.
Meskipun membaca dan mendengarkan adalah komunikasi yang melibatkan sisi verbal, namun membacakan cerita pada anak juga akan berpengaruh baik pada kemampuan non-verbal anak juga, lho.
Dalam rangka penelitian jangka panjang, dilakukan sebuah tes membaca dan tes IQ pada 1890 pasang anak kembar. Penelitian dilakukan saat anak-anak kembar tersebut berusia 7, 9, 10, 12, dan 16 tahun.
Ditemukan fakta bahwa anak yang sudah mempunyai kemampuan membaca lebih baik dari anak seusianya di usia 7 tahun akan memiliki kemampuan non-verbal lebih baik pula saat remaja. Kemampuan non-verbal ini mencakup kemampuan berpikir abstrak, kemampuan menemukan pola-pola, dan kemampuan kognitif secara umum.
Nggak cuma berpengaruh pada kemampuan anak, membacakan cerita juga bisa berpengaruh pada otak sebagai salah satu organ penggerak utama.
Penelitian pada 72 anak berusia delapan tahun dilakukan pada 2009. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa membaca dapat membuat white matter atau area putih di otak bertambah. Penambahan white matter ini dapat memperkuat sistem jaringan informasi di otak yang membuat kecepatan berpikir anak saat menerima informasi juga menjadi lebih baik.
Hmm, jadi sebenarnya nggak ada kata terlalu dini untuk membacakan buku pada anak lho. Justru semakin dini akan semakin bagus efek ke depannya.
Yuk para orang tua, mulai bacakan buku untuk anak dari sekarang!