© 2019 Https://www.diadona.id / @ Pexels
Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa berbicara tentang sex merupakan hal yang tabu. Ketika anak menyinggung tentang hal tersebut, orang tua banyak yang menghidar untuk berbicara, bahkan sampai melarang anak-anak membicarakannya.
Padahal, mengedukasi anak tentang sex sejak dini nggak ada salahnya sama sekali, bahkan merupakan hal yang penting. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengedukasinya secara tepat khususnya di usia-usia tertentu.
Dirangkum dari Today's Parent (03/12) telah melansir bagaimana cara berbicara mengenai sex kepada anak.
Pada usia ini edukasi yang seharusnya diberikan adalah memperkenalkan nama-nama alat kelamin dan organ vital. " Penis, vulva, vagina, klitoris, gelandangan, dan puting susu adalah istilah yang harus diketahui oleh setiap balita," ujar Cory Silverberg, sang pendidik sex dan pengarang buku Sex Is A Funny Word: A Book About Bodies, Feelings, You.
Mengajari bayi dengan menyebutkan alat-alat kelamin mungkin terdengar mengerikan, tapi Nadine Thornhill, seorang pendidik sex, menganjurkan untuk bersikap santai saja seperti halnya memberi tahu anak " Ini pundak, ini tangan" .
Katakan juga bahwa penis itu milik laki-laki, sedangkan vagina itu milik wanita. Jangan katakan " orang-orang dengan penis" atau " orang-orang dengan vagina" . Thornhill menjelaskan, apa yang kamu katakan akan berdampak pada peran dan identitas gendera anak di kemudian hari.
Fokus utama pada usia-usia ini adalah memberikan pemahaman batas-batas dan persetujuan. Misalnya saja, apa yang seharusnya disentuh dan nggak disentuh anggota tubuh seseorang, dan bagian tubuh apa saja yang boleh disentuh dan nggak oleh seseorang.
Pada di usia ini kamu sebagai orang tua bisa menyampai secara eksplisit tentang batasan-batasan tesebut. Kamu boleh mengatakan tindakan apa saja yang nggak boleh kamu lakukan terhadap tubuh orang lain begitu juga orang lain kepada tubuh anakmu. Katakan juga bahwa orang lain nggak boleh meminta dan menyentuh alat kelamin anakmu, begitu juga anakmu kepada orang lain.
Pada usia ini juga, anakmu mungkin akan mulai bertanya bagai mereka dibuat. Menurut Silverberg, jawabab yang paling mudah adalah " Ada banyak cara." Jika anakmu ingin penjelasan lebih, kamu bisa mengatakan, " Jadi ada dua orang dewasa yang menyatukan tubuh mereka, kemudian berbagi sperma sel telur untuk membuat anak seperti kamu." Beliau menambahkan, penting untuk nggak berbohong, dan menindak lanjutin pertanyaan-pertanyaan yang direspons.
Mengingat teknologi semakin canggih, penting untung dibahas mengenai bagaimana bermain internet dengan aman, bahkan ketika kamu nggak mengawasinya. Meskipun pada akhirnya anakmu nggak sengaja mengklik sebuah situs porno, Thornhill menjelaskan bahwa jelaskan saja dengan tenang, " Web semacam itu adalah berisi orang dewasa yang melakukan hal-hal dewasa." Intinya, kamu menegaskan bahwa situs tersebut hanya untuk dewasa. Jangan lupa juga menyinggung tentang masturbasi, karena bisa jadi anakmu sudah mulai bermain-main dengan orga tubuh mereka.
Kamu juga perlu menjelaskan secara eksplisit mengenai pelecehan seksual di usia ini. Penting bagi anak-anak untuk mengerti apa yang dirugikan dari pelecehan seksual dan pentingnya membantu teman yang (akan) mengalami pelecehan seksual.
Jangan lupa untuk menyinggung topik pubertas. Tentang menstruasi, mengembangnya payudara, dan juga perubahan-perubahan fisik lainnya. Kamu juga bisa membandingkan dengan foto. Bisa juga dengan buku-buku bagus yang terselip topik pubertas.
Menurut Thornhill, pada usia ini benar-benar hanya menekankan berulang-ulang bahwa perubahan emosi dan sosial, apalagi tubuh, adalah hal yang normal. Hal lain yang mungkin ingin kamu bicarakan adalah mengenai safe sex. Mungkin terdengar aneh, tapi hal ini sangatlah penting, karena penelitian menunjukkan seseorang akan membuat pilihan yang lebih baik ketika telah mengetahui risikonya. Nggak ada salahnya untuk menyinggung alat kontrasepsi dan cara dasar kerjanya.
Jika kamu sudah membicarakan seks dan seksualitas sejak ini, ketika remaja anakmu akan lebih terbuka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu nanti. Apa yang mereka khawatirkan dan kamu khawatirkan pun bisa diantisipasi dengan baik ke depannya.
Ternyata beda usia beda cara mengedukasikan perihal seks ke anak, ya! Kamu punya pengalaman menarik seputar mengedukasikan seks ke anak? Ceritain di kolom komentar, yuk!