© Https://www.shutterstock.com/id/g/Toey+Toey
Ibu lagi banyak kerjaan di rumah yang perlu diselesaikan tetapi anak malah berulah dan bikin berantakan. Hal yang wajar memang marah ke anak dalam keadaan capek dan banyak kerjaan seperti ini.
Beberapa saat setelah memarahi anak, mungkin ibu akan merasa bersalah pada anak karena tak bisa menahan emosi dan mungkin menyakiti hatinya. Apakah sebenarnya memang boleh marah ke anak seperti ini?
Dilansir dari laman parenting.co.id, Nessi Purnomo, M.Si., seorang psikolog keluarga mengatakan bahwa ibu dan ayah adalah manusia yang tentu boleh marah tetapi dengan alasan yang jelas. Meski sedang capek, sebaiknya ibu tak marah ke anak tanpa alasan yang jelas begitu.
Selain itu, saat ibu tak sengaja atau kelepasan marah ke anak, berikan dia penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti olehnya. Nessi menekankan harus ada alasan yang jelas mengapa ibu sampai marah agar anak tak berpikir kalau ibu tidak menyayanginya.
Kemudian, Nessi pun juga mengatakan kalau ibu perlu marah dengan selektif. Maksudnya yaitu jangan menjadi seorang pemarah yang sering marah-marah ke anak tetapi cukup dilakukan kalau memang perlu dengan alasan yang jelas.
Ibu bisa membuat kesepakatan atau aturan yang disepakati bersama anak. Saat anak melanggarnya, berikan ketegasan pada anak. Namun, hindari memarahinya karena hal-hal sepele yang sebenarnya bukan kesalahan anak.
Saat orang tua marah terus pada anaknya, bukan tak mungkin ia pun jadi kebal terhadap amarah dari ibunya tersebut karena sudah terbiasa. Anak pun mungkin berpikir kalau ibu marah ini bukan hal yang besar dan hanya akan dia hiraukan. Kondisi ini bukanlah pertanda yang baik dalam upaya ibu untuk mendispilinkan anak.
Jadi batasan ibu dalam marah ke anak ini yaitu sebaiknya ibu punya alasan yang jelas mengapa sampai marah dan tidak marah sering-sering agar anak tak kebal saat dimarahi oleh ibu. Semoga ulasan ini bisa cukup membantu ya Mom.