© Freepik
Hai, Diazens! Tahukah kamu kalau saat ini, kesetaraan gender menjadi isu yang semakin mendapat perhatian di seluruh dunia? Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, masih terdapat bias gender yang melanda masyarakat kita.
Bias gender adalah kecenderungan atau prasangka terhadap jenis kelamin tertentu yang mengakibatkan ketidakadilan gender. Hal ini dapat terjadi secara sadar atau tidak sadar, dan dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti Stereotip, Diskriminasi, Marginalisasi, hingga Kekerasan.
© Freepik
Untuk memahami bias gender, pertama-tama, kita perlu tahu perbedaan antara gender dan seks. Sering kali, gender dan seks dianggap sebagai hal yang sama, padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, lho. Seks merujuk pada karakteristik biologis yang membedakan antara pria dan wanita. Sementara itu, gender adalah konstruksi sosial yang melibatkan peran, perilaku, dan identitas yang dihubungkan dengan masing-masing jenis kelamin.
Menurut Rianingsih Djohani (1996:7) bahwa yang dimaksud dengan gender adalah : pembagian peran, kedudukan dalam tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Perbedaan ini menjelaskan bahwa gender bukanlah sesuatu yang bawaan sejak lahir, tetapi merupakan hasil dari pembentukan sosial yang terjadi melalui proses interaksi dan pembelajaran dalam masyarakat. Oleh karena itu, bias gender dapat terbentuk melalui peran yang ditugaskan kepada pria dan wanita, serta stereotip yang melekat pada masing-masing jenis kelamin.
© Freepik
Untuk memahami tentang bias gender, Diazens juga perlu tahu mengenai konstruksi sosial gender. Apa itu?
Konstruksi sosial gender adalah proses sosial yang membentuk peran dan perilaku yang dianggap sesuai dengan masing-masing jenis kelamin. Dalam masyarakat kita, terdapat harapan dan tuntutan yang berbeda-beda terhadap pria dan wanita. Hal ini berdampak pada pembagian peran yang tradisional, di mana pria diharapkan menjadi tulang punggung keluarga dan wanita diharapkan menjadi ibu rumah tangga.
Konstruksi sosial gender juga melibatkan stereotip yang melekat pada pria dan wanita. Misalnya, pria dianggap lebih kuat, agresif, dan dominan, sementara wanita dianggap lebih lemah, penurut, dan peka emosional. Stereotip ini dapat mempengaruhi pandangan dan sikap masyarakat terhadap pria dan wanita, serta memicu terjadinya bias gender.
© Freepik
Setelah memahami perbedaan seks dan gender, juga konstruksi sosial, Diazens pastinya dapat dengan mudah memahami bias gender. Bias gender berkembang dari pandangan yang tertanam dalam masyarakat dan budaya kita. Bias ini dapat mengakar dalam keyakinan yang mengasumsikan bahwa pria lebih superior daripada wanita, atau bahkan sebaliknya. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk memahami mengapa bias gender harus diatasi untuk mencapai kesetaraan gender yang sejati.
Perlu diketahui pula perbedaan antara kesetaraan gender dan kesetaraan seks. Kesetaraan gender adalah prinsip bahwa semua orang, terlepas dari jenis kelamin mereka, memiliki hak yang sama dalam segala aspek kehidupan. Di sisi lain, kesetaraan seks mengacu pada kesamaan biologis antara pria dan wanita.
© Freepik
Bias gender sering kali terlihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari kita. Salah satu contoh yang umum adalah dalam dunia kerja. Pria sering kali dianggap lebih kompeten dan layak menduduki posisi kepemimpinan, sementara wanita sering kali dianggap lebih cocok untuk pekerjaan yang berhubungan dengan emosi, seperti perawatan anak dan pekerjaan rumah tangga.
Selain itu, media juga sering kali menjadi sumber bias gender. Perempuan sering kali digambarkan dalam peran yang terbatas, seperti objek seksual atau ibu rumah tangga yang hanya bertanggung jawab atas urusan rumah tangga. Hal ini dapat memperkuat stereotip dan ekspektasi yang tidak sehat terhadap pria dan wanita dalam masyarakat. Apakah Diazens pernah menemui hal-hal tersebut?
Lengkapnya, dikutip dari tulisan Agus Afandi tentang Bentuk-Bentuk Perilaku Bias Gender, ada beberapa bentuk bias gender yang kerap muncul di masyarakat:
1. Marginalisasi: Perempuan seringkali dipandang bukan sebagai pencari nafkah utama, sehingga mendapat bayaran lebih rendah dan rentan di-PHK karena kondisi seperti hamil.
2. Subordinasi: Peran perempuan sering dianggap lebih rendah dari laki-laki, dengan perempuan diharapkan untuk urusan domestik dan laki-laki untuk urusan publik.
3. Stereotip: Anggapan negatif terhadap perempuan, seperti cengeng atau tidak bisa mengambil keputusan penting, sering kali digunakan untuk membenarkan perlakuan tidak adil.
4. Kekerasan: Perempuan sering kali dianggap lemah, sehingga rentan menjadi korban berbagai bentuk kekerasan, mulai dari fisik hingga seksual.
Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam mengatasi bias gender. Pendidikan yang inklusif dan berpusat pada kesetaraan gender dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan antara seks dan gender, serta mengajarkan nilai-nilai kesetaraan dan penghargaan terhadap perbedaan.
Menghilangkan bias gender adalah langkah penting dalam mencapai kesetaraan gender yang sejati. Bias gender tidak hanya membatasi individu, tetapi juga merugikan masyarakat secara keseluruhan. Dengan memahami perbedaan antara gender dan seks, serta memahami dampak yang ditimbulkan oleh bias gender, Diazens dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi bias ini.
Melalui pendidikan, kesadaran, dan perubahan sosial yang berkelanjutan, kita dapat membangun masyarakat yang adil dan inklusif, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Mari bersama-sama berjuang untuk menghilangkan bias gender dan mencapai masa depan yang lebih baik bagi semua orang.
Editor: Najwa Al Rasyidah