© Freepik
Breath Holding Spell (BHS) adalah kondisi yang sering kali membuat orang tua khawatir, terutama ketika melihat bayi mereka tiba-tiba berhenti bernapas dan mungkin pingsan.
Meskipun menakutkan, kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan dapat dikelola dengan pemahaman yang baik. Mari kita bahas apa itu Breath Holding Spell, penyebabnya, gejala, dan cara menghadapinya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Breath Holding Spell (BHS) adalah kondisi dimana seorang bayi atau anak kecil berhenti bernafas untuk sementara waktu, sering kali sebagai respons terhadap rasa sakit, marah, atau frustrasi.
Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak usia 6 bulan hingga 6 tahun dan bisa terbagi menjadi dua jenis: cyanotic (biru) dan pallid (pucat).
© Freepik
Dengan gejala kulit bayi berubah menjadi biru, terutama di sekitar bibir dan wajah. Ini biasanya terjadi setelah anak menangis keras.
Sering kali dipicu oleh kemarahan atau frustrasi yang berlebihan sambil mengeluarkan napas, namun tidak menarik napas lagi.
Selain menyebabkan anak berpotensi pingsan, cyanotic spells dapat menyebabkan anak mengalami sianosis, yang mana merupakan kondisi tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan menimbulkan gejala berupa kulit kebiruan.
Dengan gejala kulit bayi menjadi pucat dan mungkin disertai dengan hilangnya kesadaran. Biasanya terjadi setelah rasa sakit tiba-tiba, seperti terjatuh.
Penyebabnya adalah respons refleks terhadap rasa sakit atau ketakutan. BHS jenis ini juga dapat menyebabkan wajah anak menjadi sangat pucat juga mengeluarkan keringat dingin.
© Freepik
Breath Holding Spell disebabkan oleh refleks yang tidak terkontrol pada sistem saraf otonom. Kondisi ini muncul saat anak sedang merasakan emosi yang kuat seperti ketakutan, sakit, hingga terkejut sehingga membuat detak jantung cenderung melambat hingga pola pernapasan berubah dalam waktu yang singkat.
Meskipun tampak menakutkan, BHS biasanya tidak berhubungan dengan masalah kesehatan serius dan sering kali bersifat genetik seperti sindrom Riley-Day atau sindrom Rett.
Mengalami kejadian traumatis
Anemia defisiensi besi
Merasa sedang di konfrontasi seperti dinasehati atau dimarahi
Tekanan darah
Sensitivitas terhadap rasa sakit
© Freepik
Inilah sejumlah gejala yang dapat terjadi jika anak mengalami BHS adalah sebagai berikut:
- Anak tiba-tiba berhenti bernapas setelah menangis keras atau merasa sakit.
- Kulit berubah menjadi biru atau pucat.
- Mengalami kejang, namun tidak berkaitan dengan epilepsi.
- Kehilangan Kesadaran. Anak mungkin pingsan selama beberapa detik. Namun dapat kembali sepenuhnya dalam waktu kurang dari 2 menit.
- Setelah beberapa detik, anak akan kembali bernapas dengan normal dan biasanya pulih tanpa memerlukan intervensi medis.
© Freepik
Dokter akan melakukan wawancara medis dengan anak maupun orangtua mengenai keluhan, riwayat kesehatan, hingga tanda-tanda fisik yang ada pada anak.
Agar lebih akurat biasanya akan dilakukan test tambahan seperti :
Tes darah untuk mengetahui apakah BSH dipicu karena kekurangan zat besi.
EKG atau Elektrokardiogram untuk memeriksa kondisi jantung anak. Penting di periksa, pasalnya penyakit jantung menjadi pemicu penurunan kesadaran
EEG atau Electroencephalogram untuk memeriksa aktivitas listrik pada otak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kejang terjadi karena epilepsi atau tidak.
© Freepik
1. Tetap tenang dan pastikan tetap berada di samping anak. Reaksi panik hanya akan memperburuk situasi. Cobalah untuk tetap tenang dan yakinkan diri bahwa BHS umumnya tidak berbahaya.
2. Amankan Lingkungan. Pastikan anak berada di tempat yang aman dan tidak ada benda-benda yang bisa menyebabkan cedera.
3. Periksa Pernapasan anak dengan mengamati apakah anak kembali bernapas dalam beberapa detik. Jangan berusaha membuka mulut atau memasukkan apapun ke mulut anak.
Selain itu hindari untuk memberi nafas buatan atau memercikkan air pada wajah anak.
4. Rehidrasi dan Istirahat. Setelah anak pulih, beri mereka minum air putih dan biarkan istirahat sebentar.
5. Berikan kain dingin yang basah pada wajah anak untuk membantu meredakan sesak nafas. Lakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu jalur pernapasan anak.
6. Konsultasi ke dokter jika BHS sering terjadi atau disertai gejala lain seperti kejang, segera konsultasikan dengan dokter anak.
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah BHS, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi frekuensinya:
- Bantu anak belajar mengelola emosinya dengan memberikan dukungan emosional yang baik.
- Ciptakan rutinitas harian yang konsisten untuk mengurangi stres pada anak.
- Jaga kesehatan anak. Pastikan anak mendapatkan nutrisi yang baik dan cukup tidur.
Menghadapi Breath Holding Spell memerlukan pemahaman dan sikap yang tenang. Berikut adalah beberapa tips untuk menyikapi BHS dengan cara yang positif dan tenang:
- Pentingnya untuk mengedukasi diri. Pelajari lebih banyak tentang BHS untuk mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan kesiapan dalam menghadapinya.
- Pastikan pengasuh atau guru anak juga memahami BHS dan tahu cara menanganinya.
- Berikan dukungan emosional kepada anak setelah BHS terjadi untuk membantu mereka merasa aman dan nyaman.
Breath Holding Spell pada bayi adalah kondisi yang bisa membuat cemas orang tua, tetapi dengan pemahaman yang tepat, kamu dapat menghadapinya dengan lebih tenang.
Ingatlah bahwa BHS biasanya tidak berbahaya dan anak akan pulih dengan cepat. Pastikan untuk selalu mengamankan lingkungan anak dan konsultasikan dengan dokter jika kamu memiliki kekhawatiran.
Dengan mengetahui informasi lebih dalam, kamu bisa membantu anak melewati Breath Holding Spell dengan lebih baik. Semoga bermanfaat!
Editor: Najwa Al Rasyidah