© 2021 Shutterstock.com/DONOT6_STUDIO
Gejala difteri yang tak tertangani bisa berakibat fatal. Sebelum vaksinnya ditemukan, penyakit ini adalah penyebab utama kematian anak-anak di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, setelah sekian lama tak terdengar lagi, penyakit ini mewabah kembali di tahun 2017 lalu.
Penyakit difteri adalah infeksi yang sangat menular dan mempengaruhi hidung dan tenggorokan. Ini adalah infeksi yang sangat fatal. Penyebabnya adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini biasanya berkembang biak di atau dekat permukaan tenggorokan dan menyebar dengan cara:
Saat orang yang terkontaminasi penyakit ini bersin dan batuk, udara yang mengandung tetesan cairan itu mengandung bakteri yang akan menginfeksi bila terhirup orang yang sehat.
Penularan difetri bisa terjadi saat orang sehat menyentuh barang-barang yang terkena bakteri dari orang yang terinfeksi.
Meski gejala difteri nggak terlihat pada orang yang sakit, namun mereka bisa menyebarkan penyakit pada orang yang belum divaksin. Ini juga terjadi pada pasien difteri yang nggak diobati.
Dan ya, penyakit ini memang bisa diobati. Tapi bila penyakit berlanjut hingga parah, difteri mungkin bisa merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf. Dan meski diobati, anak-anak rentan dengan risiko kematian akibat difteri.
Difteri bisa menginfeksi saluran pernapasan dan juga kulit. Dikutip dari Mayo Clinic, gejala difteri umumnya mulai tampak pada dua sampai lima hari setelah terjadinya infeksi dan muncul dengan tanda:
Jika difteri terjadi pada kulit, gejala yang mungkin tampak adalah:
Pada beberapa orang, gejala difteri bisa berlangsung ringan atau bahkan tak memunculkan tanda sama sekali. Namun ini justru menjadi bahaya tersendiri karena mereka bisa menyebarkan penyakit tanpa mereka sadari.
Bila gejalanya nggak diobati, penyakit difteri bisa mengarah pada:
Gejala difteri ini muncul karena bakteri penyebabpenyakit bisa mengasilkan racun yang menginfeksi jaringan, biasnaya terjadi pada hidung da tenggorokan. Nah, di lokasi yang terinfeksi tersebut, akan muncul membran keras berwarna abu-abu yang terdiri dari sel-sel mati, bakteri, dan zat lain. Membran ini dapat menghalangi pernapasan.
Racun difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain di tubuh seperti otot jantung, melansir Mayo Clinic. Ini biasanya terjadi pada hari ke-10 sampai 14 setelah infeksi, meski baru akan muncul berminggu-minggu kemudian.
Kerusakan ini bisa menyebabkan komplikasi seperti radang otot jantung yang mungkin saja parah. Apa yang terjadi selanjutnya? Gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
Racun bakteri penyebab difteri bisa menyebabkan kerusakan saraf. Pada tenggorokan, ini bisa menyebabkan kesulitan menelan. Ini juga mungkin menimpa lengan dan tungkai dan menyebabkan kelemahan otot.
Namun gejala difteri ini biasanya jarang dan cuman muncul setelah infeksi saluran pernapasan yang parah.
Tapi bila infeksi mempengaruhi jaringan selain tenggorokan dan sistem pernapasan, seperti kulit, misalnya, maka gejala yang muncul umumnya lebih ringan. Ini karena tubuh menyerap racun dalam jumlah yang lebih rendah.
Sebelum membran yang khas dari gejala difteri, gambaran awal infeksi meliputi:
Dan setelah gejala ini, dalam waktu 12 sampai 24 jam, baru deh membran akan muncul.
Memahami gejala difteri, risiko dan penularannya adalah bekal penting untuk perawatan sejak dini, yang bisa menekan lebih jauh terjadinya infeksi. Saat dirawata, pasien akan diberikan dua komponen obat berupa
Gejala difteri seperti yang Diadona ulas di artikel ini mungkin saja berbeda di setiap orang. Namun penting untuk diingat bahwa informasi berikut nggak boleh kamu gunakan sebagai diagnosa diri sendiri. Hubungi dokter untuk informasi dan penanganan lebih lanjut.