Haruskah Orang Tua Khawatir Saat Anak Main Perang-Perangan dengan Temannya?

Reporter : Audila Rima Ndani
Sabtu, 28 November 2020 07:37
Haruskah Orang Tua Khawatir Saat Anak Main Perang-Perangan dengan Temannya?
Main perang-perangan secara nggak sadar membiarkan anak melakukan kekerasan tanpa disengaja.

Bagi kita, main perang-perangan mungkin terdengar cukup umum dilakukan oleh anak dan teman sebayanya. Tapi di balik itu, sebenarnya secara nggak langsung kita membiarkan anak saling melakukan kekerasan walau bukan secara sengaja dilakukan.

Dilansir dari Parents, anak-anak memang sudah lama tertarik dan senang dengan kekerasan imajiner. Jane Katch, seorang guru dan penulis buku parenting, mengungkapkan bahwa semua anak suka bermain sebagai orang baik dan orang jahat.

"Semua anak suka bermain sebagai orang baik dan orang jahat karena begitulah cara mereka mengeksplorasi apa artinya menjadi orang yang kuat. Dan jika kamu adalah anak yang mengikuti aturan di sebagian besar waktu, sangat menyenangkan untuk berpura-pura menjadi orang jahat," ungkap Jane.

1 dari 3 halaman

Ilustrasi Anak Bermain

Cerita seperti Hansel dan Gretel yang hampir dimakan oleh penyihir, hingga Harry Potter yang berperang melawan kejahatan sangat menarik bagi anak-anak. Namun mungkin beberapa di antara kita merasa khawatir tentang kekerasan nyata seperti penembakan di sekolah dan ancaman bom.

Jadi wajar jika kita bertanya-tanya, apakah imajinasi kekerasan itu sehat?

Sebenarnya imajinasi kekerasa itu cukup normal. Menurut Michael Thompson, Ph.D., seorang psikolog klinis, nggak ada yang namanya permainan kekerasan dalam dunia anak.

" Kekerasan adalah upaya untuk menyakiti seseorang. Tapi bermain, menurut definisi, itu menyenangkan. Jadi, apa pun permainannya, jika anak-anak bermain dan tidak ada yang takut atau terluka, itu bukan kekerasan," tutur Michael.

2 dari 3 halaman

Ilustrasi Anak Bermain

Para ahli setuju bahwa permainan pura-pura semacam ini adalah bagian penting dari proses belajar anak untuk menjadi seseorang. Anak-anak nggak selalu bisa mengungkapkan ide-idenya, makanya mereka memilih menggunakan tema-tema yang membuat mereka penasaran atau khawatir melalui permainan.

Sebagai orang tua, kita nggak perlu berasumsi bahwa permainan anak yang melibatkan senjata atau kematian punya arti yang sama bagi anak, seperti pemikiran kita. Michael menjelaskan bahwa anak nggak bisa sepenuhnya memahami keabadian kematian sampai mereka berusia antara 6 sampai 9 tahun, kecuali mereka telah secara langsung dihadapkan pada kerasnya kenyataan.

3 dari 3 halaman

ilustrasi anak bermain

Bermain adalah cara anak memroses situasi yang meresahkan. Dengan memainkannya, anak merasakan pengalaman yang menakutkan dan hal itu menjadi cara mereka menguasai kebingungan atau ketakutannya.

Tugas utama kita sebagai orang tua adalah memastikan agar permainan yang dilakukan anak tetap aman. Jadi jangan lupa untuk memperhatikan mereka saat sedang bermain ya, Moms!

Beri Komentar