© Autism.lovetoknow.com
Sudah jadi kewajiban orang tua untuk memperhatikan tumbuh kembang anak. Apalagi jika anak masih bayi atau balita. Pertumbuhan dan perkembangan di usia awal seperti itu bisa sangat mempengaruhi anak hingga dewasa.
Makanya orang tua harus peka dengan perubahan yang terjadi pada anak. Beberapa dari kita mungkin pernah melihat anak yang berjalan dengan berjinjit atau menggunakan jempol kakinya. Meski nggak semua berarti buruk, tapi kita perlu waspada lho kalau anak punya kebiasaan seperti itu.
Kenapa coba kira-kira?
Dari yang saya baca di Times of India, hampir 5% dari anak kecil mengalami fase di mana mereka jalan dengan berjinjit. Tapi biasanya di usia 5 tahun, mereka sudah bisa menghilangkan kebiasaan itu.
Berjalan dengan berjinjit memang sangat umum terjadi saat anak sedang belajar berjalan. Sebagian besar anak bisa menghilangkan kebiasaan itu seiring dengan pertambahan usia, tapi beberapa anak malah terus melakukannya karena kebiasaan. Jika anak tumbuh dan berkembang secara norma, maka hal itu nggak perlu kamu khawatirkan.
Tapi beberapa kasus menunjukkan bahwa berjalan dengan berjinjit bisa menjadi gejala kondisi tertentu seperti cerebral palsy, distrofi otot dan gangguan spektrum autisme.
Berjalan dengan berjinjit nggak akan jadi masalah jika anak nggak memiliki masalah perkembangan atau kelemahan lainnya. Tapi jika hal itu terjadi, sebaiknya kita segera berkonsultasi dengan dokter sejak dini. Kita nggak boleh meremehkan kondisi anak saat dia memiliki otot tungkai yang kaku, tendon Achilles yang kaku, atau kurangnya koordinasi otot.
Jalan jinjit memang bisa menjadi hal umum yang dialami anak saat belajar berjalan. Tapi hal itu juga bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi berikut.
Tendon Achilles menghubungkan otot-otot kaki bagian bawah dengan bagian belakang tumit. Jika otot ini pendek, itu dapat mencegah tumit menyentuh tanah.
Berjalan dengan jinjit dapat disebabkan oleh gangguan gerakan, tonus otot atau postur, yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal pada bagian otak yang mengontrol fungsi otot.
Muscular dystrophy merupakan penyakit genetik di mana serat otot cenderung rusak dan melemah seiring waktu. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang awalnya berjalan normal dan mulai berjalan kaki kemudian.
Berjalan kaki juga dikaitkan dengan gangguan spektrum autisme, yang juga memengaruhi kemampuan anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat ya!