© Shutterstock.com
Menjadi orang tua memang nggak mudah. Ada beberapa waktu di mana kita mungkin nggak bisa bersabar lagi dalam menghadapi anak.
Menggunakan sarkasme atau sindiran tajam untuk membicarakan masalah yang dilakukan oleh anak ternyata masih dilakukan oleh beberapa orang tua. Kita mungkin berharap anak akan merasa bersalah dengan kelakukan buruk yang dilakukannya melalui sindiran tersebut.
Padahal kenyataannya justru sebaliknya, Moms. Anak-anak justru cenderung nggak bisa memahami sindiran yang disampaikan oleh orang tua mereka.
Berikut informasi selengkapnya.
Dilansir dari Moms.com, anak-anak memahami apa yang dikatakan oleh orang dewasa dengan sangat harfiah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka nggak mampu menangkan bahasa sarkastik.
Menurut The Conversation, sarkasme didefinisikan sebagai seseorang yang mengatakan sesuatu, tetapi mereka jelas memiliki maksud yang sebaliknya. Sarkasme dilakukan untuk menyakiti perasaan seseorang atau sekedar bercanda tanpa niat buruk.
Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa anak-anak nggak bisa menerima sarkasme. Masih banyak orang tua yang secara nggak sengaja menyakiti perasaa anak mereka melalui tindakan ini.
Bahkan anak yang nggak mengerti apa yang dikatakan orang tua mereka bisa menjadi tantrum. Para ahli menganjurkan agar orang tua lebih memahami bagaimana anak-anak berkembang dalam mencerna bentuk komunikasi sehingga kita bisa membimbing mereka.
Anak-anak nggak akan mulai memahami sarkasme sampai mereka berusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Sebelum anak mencapai usia tersebut, mereka akan mendengar sarkasme dan menerima pesannya secara harfiah.
Misalnya, saat kita mengatakan " selamat jalan" pada seseorang yang telah melakukan kesalahan, anak akan menanggapi dengan " terima kasih" . Bahkan saat anak sudah mulai memahami sarkasme, mereka bisa saja menafsirkan orang lain sebagai " pembohong" .
Anak akan benar-benar memahami sarkasme dan cara kerjanya saat mereka mendekati usia 10 tahun. Pedoman usia untuk sarkasme ini ditemukan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Canadian Journal of Experimental Psychology.
Penelitian tersebut menemukan bahwa alasan anak-anak nggak bisa memahami sarkasme adalah karena perkembangan bahasa dan empati. Dua hal itu merupakan keterampilan yang nggak dimiliki anak-anak sejak lahir dan perlu dikembangkan dari waktu ke waktu.
Hal ini bisa menjadi sebuah pengingat bagi orang tua bahwa anak benar-benar menyerap apa yang kita sampaikan secara literal. Untuk itu, kita perlu memperhatikan apa yang kita katakan kepada mereka.
Semoga informasi ini bisa membantu ya, Moms!