© Https://www.shutterstock.com/g/krakenimages
Membesarkan anak remaja sebenarnya bukan hal yang cukup mudah untuk dilakukan orang tua karena mereka mulai sulit untuk diatur bahkan mungkin memberontak pada orang tuanya. Penyebab buah hati memberontak seperti ini ternyata penyebabnya bisa berbeda-beda.
Dilansir dari laman hellosehat.com, anak remaja dengan usia yang berbeda, ternyata mempunyai penyebab yang berbeda-beda yang mengakibatkan mereka pun jadi memberontak pada orang tuanya. Kira-kira apa ya Mom penyebabnya?
Pada anak yang baru beranjak remaja yaitu usia 9-13 tahun, biasanya mereka akan mulai memberontak bila mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang tuanya. Mereka mulai tak ingin dianggap sebagai anak kecil terus-terusan, tetapi beberapa orang tua tetap menganggap anaknya seperti anak kecil.
Untuk mengatasi pemberontakan anak pada usia ini, cobalah untuk berkomunikasi secara baik dengan anak. Coba perlahan tanyakan apa yang bisa ibu lakukan untuk membantu memahami yang anak perlukan. Kemudian, bagaimana buah hati ingin diperlakukan oleh orang tuanya. Bila ibu sudah mengetahui jawabannya, ibu pun bisa menimbang kira-kira respons apa yang tepat untuk dilakukan.
Kemudian, pada anak remaja yang berusia 13-15 tahun, mereka ada di masa sekolah menengah pertama. Banyak dari mereka yang memberontak karena ulahnya yang ingin coba-coba dalam mencari jati diri. Sebagian mungkin memilih untuk melanggar aturan di rumah atau sekolah, tetapi ada pula yang hanya ikut-ikut temannya.
Yang perlu orang tua lakukan menghadapi pemberontakan anak remaja di usia ini adalah membiarkan mereka menerima konsekuensi atas perbuatannya. Jangan malah menutupi kesalahan yang dilakukan oleh anak tetapi mereka harus belajar untuk bertanggung jawab. Kemudian, perlahan beri anak masukan positif dan ajarkan bahwa setiap perbuatan itu memang pasti ada akibatnya.
Terakhir, anak yang berumur 15-18 tahun. Pemberontakan di usia ini dipicu karena orang tua yang terlalu mengatur anak untuk begini dan begitu. Padahal, sebenarnya anak perlu kebebasan dalam berpikir dan berperilaku. Tentu anak akan lelah bila terus-terusan hidup hanya untuk memenuhi keinginan orang tuanya. Sedangkan mereka sendiri tak diberi hak untuk memilih dan memutuskan.
Oleh sebab itu, sebaiknya orang tua tidak terus-terusan terlalu mengatur anak untuk ini dan itu. Biarkan mereka berekspresi dengan bebas selagi mengajarkan tentang tanggung jawab dalam setiap hal yang mereka lakukan. Berikan anak kebebasan untuk melakukan apa yang dia mau dalam pengawasan orang tua. Anak yang diberikan kepercayaan oleh orang tuanya seperti itu biasanya akan merasa dihargai dan berusaha menjaga kepercayaan tersebut.