© 2020 Https://shutterstock.com/Lopolo
Ketika anak sudah berangkat sekolah, kita gak tahu persis apa saja yang dia lakukan di sana. Meskipun kita sudah menanyai mereka, kemungkinan mereka juga gak akan menceritakan detail apa yang merek perbuat selama di sekolah. Banyak kasus mengenai perundungan atau bullying yang terjadi di kalangan pelajar dan berakibat fatal.
Tentu kita sebagai orang tua gak mau dong anak kita menjadi korban atau pelaku dari bullying itu sendiri. Sebenarnya, anak yang melakukan bullying itu disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya karena dirinya gak merasa aman.
Dilansir dari halodoc.com, mem-bully orang yang terlihat lebih lemah akan memberi rasa menjadi lebih penting, terkenal, kuat, dan berkuasa pada diri seorang anak. Di sisi lain, tersangka ini mungkin karena kurangnya edukasi bahwa gak baik mengganggu anak lainnya yang berbeda penampilan, ras, agama, atau anak yang memiliki kesalahan pada dirinya.
Dalam beberapa kasus, bullying menjadi bagian dari perilaku agresif. Anak seeprti ini membutuhkan bantuan dalam mengatur rasa marah, frustasi, atau emosi yang kuat lainnya. Anak yang sering menyaksikan interaksi di dalam lingkungan keluarga biasanya juga akan memperlakukan orang lain dengan cara yang serupa.
Sebagai orang tua, ada baiknya untuk memberi pengetahuan jika aksi bullying ini tidak bagus, dan ada akibat yang serius dari tindakan itu. Ini ada beberapa hal untuk menghindari anak enjadi seorang tersangka dalam aksi bullying ini.
Kamu bisa mengajak teman-teman dari anak untuk bermain ke rumah. Jika anak berteman dengan anak yang suka mem-bully, pastikan jika dia tahu apa yang baik dan tidak.
Apa yang anak lakukan di luar rumah, semua itu berasal dari apa yang dia dapatkan di rumah. Anak yang terbiasa dengan teriakan atau kemarahan fisik dari saudara kandung atau orang tua, maka mereka akan bertindak yang serupa. Hal yang wajar ketika saudara kandung berkelahi di rumah. Tapi perlu dibicarakan pada anak tentang apa yang boleh dan gak boleh dilakukan.
Selain dari anak-anak sendiri, kita juga perlu untuk intropeksi diri. Berhati-hati dalam setiap pengucapan dan tindakan pada anak. Jika keadaan dirasa gak bisa ditangani, atau keluarga mengalami kondisi yang menimbulkan stres dan dirasa salah satu penyebabnya perilaku anak, ada baiknya jika mencari bantuan psikolog, dokter, terapis, konselor, dan pemuka agama.
Ketika kakak dan adik bertengkar menggunakan kekerasan verbal dan fisik, orang tua harus ikut campur dalam masalah ini. Karena ini akan memengaruhi perilaku sosial anak di kemudian hari.
Hindari perilaku yang agresif dan bersikap baiklah pada semua orang. Hal ini bisa menjadi contoh bagi anak.
Janganlah menjadi orang tua yang acuh pada anak. Coba untuk mendengar, mengenali, dan mengerti anak. Selain itu, sebagai orang tua sebaiknya untuk menghindari memaksakan kehendak pada anak.
Beri pengetahuan jika setiap orang di dunia ini gak sama, dan memiliki keunikan dan keistimewaan masing-masing. Kemudian jangan lupa untuk mengingatkan untuk memperlakukan semua orang dengan baik.
Pada akhirnya, kekerasan fisik, name-calling atau membuat nama sebutan seperti ejekan, dan menyalahkan gak akan pernah menjadi solusi masalah. Jadi jadilah bijak mulai sekarang ya Moms!