© Pixabay.com
Siapa sih yang ingin anak mengalami sakit? Setiap orang tua tentu ingin anaknya selalu dalam kondisi sehat dan bahagia menjalani aktivitas mereka.
Namun di samping itu, kenyataannya banyak orang tua yang masih mengartikan kesehatan hanya sebatas pada sehat secara fisik saja. Padahal kondisi sehat nggak hanya tentang punya tubuh yang kuat lho, Moms.
Sehat yang sebenarnya adalah sehat secara fisik dan juga mental. Hingga saat ini masih banyak orang tua yang kurang peka terhadap kondisi kesehatan mental anak dibandingkan dengan kondisi kesehatan fisik.
Padahal jika dibiarkan begitu saja, kondisi mental anak juga dapat memengaruhi kesehatan anak secara fisik. Lantas kapan seharusnya anak membutuhkan bantuan psikolog untuk mengatasi kesehatan mental mereka?
Melalui wawancara secara online yang saya lakukan dengan Irma Gustiana Andriani, S, Psi, M.Psi, Psi, PGCertPT, seorang psikolog anak dan founder dari klinik kejiwaan Ruang Tumbuh, pada 29 November 2020, saya pun akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Irma memberikan gambaran bahwa pergi ke psikolog sama halnya dengan pergi ke dokter.
Semua tergantung pada kebutuhan seseorang. Apakah dia bisa mengatasi sendiri atau membutuhkan bantuan dari ahli.
" Jadi sama halnya dengan kapan seseorang itu harus ke dokter? Biasanya kalau badannya udah nggak enak, udah minum obat sendiri yang dibeli secara umum tapi nggak sembuh-sembuh, berarti kan mau nggak mau harus ke dokter. Nah, sama halnya dengan ke psikolog," ungkap Irma.
Menurut Irma, setelah seseorang melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah dalam dirinya namun nggak kunjung menemukan solusinya, maka di saat itulah mereka membutuhkan kehadiran psikolog. Namun pergi ke psikolog juga nggak harus karena sudah menghadapi masalah saja, tapi bisa juga saat seseorang ingin berkonsultasi sebelum melakukan sesuatu seperti konseltasi sebelum menikah.
Sementara untuk anak-anak, beberapa di antara mereka tentu belum memiliki kesadaran akan kondisi mereka sendiri. Irma juga menjelaskan bahwa banyak anak yang nggak merasa memiliki masalah dalam diri mereka, terutama pada usia balita hingga sekolah dasar.
Di saat seperti itu, peran orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua harus lebih peka dan memperhatikan perubahan yang terjadi pada anak mereka dan segera mencari pertolongan jika memang dibutuhkan.
" Itulah fungsinya orang tua yang melihat. Kalau misalnya dia melihat anaknya kok makin agresif, kasar, belajarnya males-malesan, nah ini ada apa ya gitu. Berarti saatnya mungkin saya harus konsultasi ke psikolog," ujar Irma.
Perbedaan justru terjadi pada anak usia remaja. Irma mengatakan bahwa saat ini anak remaja lebih sadar tentang kondisi kesehatan mental mereka. Sehingga, banyak di antaranya yang langsung meminta pada orang tua mereka untuk dibawa ke psikolog.
Sebagai seorang psikolog anak, Irma lebih banyak menangani masalah anak remaja. Meski lebih rumit, namun menurutnya anak remaja saat ini lebih melek tentang masalah mental health sehingga mereka lebih cepat berusaha mengatasinya.
" Anak-anak remaja ini yang usianya di atas 13 tahun ke atas, mereka yang kebanyakan request kepada orangtuanya untuk bisa ketemu dengan psikolog. Artinya karena informasi mengenai mental health ini sudah banyak di social media, nah mereka merasa kayaknya emang butuh deh ngobrol sama psikolog," ucap Irma.
Semoga informasi ini bisa menjawab rasa penasaran kamu ya!