© Shutterstock/FWStudio
Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan untuk para siswa belajar secara mandiri di rumah masing-masing sampai situasi terkait covid-19 lebih aman. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun telah memberikan rekomendasi platform yang bisa dimanfaatkan guru dan murid untuk tetap melangsungkan kegiatan belajar mengajar.
Meski begitu, beberapa orang tua pasti merasakan keraguan, apakah proses belajar mandiri ini akan sama efektifnya dengan belajar tatap muka di dalam kelas?
Ternyata, orang tua nggak perlu terlalu khawatir karena berdasarkan tulisan Matt Duczeminski untuk Lifehack.org, proses belajar mandiri ini justru membuat anak yang mungkin kesulitan saat belajar di sekolah menjadi lebih mudah menyerap ilmu, lho. Nggak percaya? Simak ulasan berikut.
Nggak bisa dipungkiri kalau smartphone dan perangkat mobile lainnya seperti tablet atau laptop telah mengubah tatanan kehidupan manusia sekarang, termasuk pada anak.
Kalau orang tua sering pusing karena anaknya ketergantungan pada perangkat-perangkat tersebut, kenapa nggak memanfaatkannya juga untuk media belajar?
Install aplikasi platform belajar mandiri di setiap perangkat mobile yang biasa digunakan untuk anak sehingga dia bisa merasakan sensasi belajar dengan vibes bermain game. Keuntungan terbesarnya tentu saja dia bisa belajar di manapun; mau sambil tiduran di ruang tamu, ataupun sambil selonjoran di lantai kamar.
Beberapa anak mengalami kesulitan belajar di kelas karena perhatian dari seorang guru harus dipecah untuk murid sekelas. Mungkin anak tersebut adalah tipikal yang butuh perhatian penuh dan penanganan khusus.
Belajar mandiri adalah alternatif yang tepat untuk tipikal anak tersebut. Orang tua sebagai tutor bisa lebih mengerti bagaimana memperlakukan anak dan menerapkannya dalam proses belajar. Anak pun bisa mendapat perhatian yang lebih dengan sistem belajar 'satu lawan satu' seperti itu.
Proses belajar tatap muka di dalam kelas sering kali berjalan lebih tradisional dengan guru sebagai penentu arah. Guru memberi instruksi, murid mengikuti. Proses seperti ini memang normal saja, tapi akan membuat siswa kesulitan di tahap pendidikan yang lebih tinggi seperti kuliah. Seperti kita tahu, di bangku kuliah, siswa dituntut untuk lebih proaktif dan nggak pasrah pada apa kata dosen.
Dalam proses belajar mandiri, siswa akan jadi pusat dari kegiatan. Karena sistemnya 'pilih sendiri apa yang mau dipelajari', maka siswa hanya akan mempelajari apa yang mereka butuh, bukan apa yang mereka harus pelajari. Tentu tetap butuh pola tertentu agar siswa nggak pilih-pilih dalam belajar, tapi setidaknya dengan memilih sendiri apa yang mau dipelajari, ilmu akan lebih mudah untuk masuk ke otak.
Berkaitan dengan proses belajar yang menjadikan siswa sebagai porosnya, proses belajar mandiri akan membuat siswa lebih proaktif dan nggak pasrah pada apa yang dijelaskan guru.
Siswa akan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran; menanyakan apa yang mereka nggak tahu, menjawab apa yang mereka tahu, dan mengungkapkan apa yang mau diungkapkan. Semuanya dilakukan tanpa ada rasa takut harus di-judge teman sekelas kalau jawabannya nggak sesuai kemauan guru.
Proses belajar mandiri memang bisa dilakukan dengan orang tua sebagai mentornya. Meski begitu, para orang tua juga jangan ragu untuk merekrut tutor profesional kalau dirasa perlu.
Kondisi 'libur' sekolah karena covid-19 ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan sisi akademik siswa kok. Jadi, jangan terlalu khawatir ya, para orang tua. Semangat!