© Shutterstock.com
Perkembangan teknologi membuat masyarakat kini seolah nggak bisa lepas dari yang namanya gadget. Hal ini nggak hanya dihadapi oleh orang dewasa saja tapi juga remaja.
Hampir semua remaja sekarang sudah punya akses internet dan mengantongi gadget mereka sendiri-sendiri. Mereka juga tentu mengikuti tren yang berkembang di internet terutama media sosial.
Keberadaan media sosial membuat informasi bisa didapat dengan sangat cepat dan terus berubah. Hal ini yang kemudian memunculkan fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang ada di kalangan remaja.
Dilansir dari Verywell Family, secara sederhana FOMO berarti " takut ketinggalan" . Dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford, FOMO dimaknai sebagai perasaan gugup atau cemas yang didapat seseorang saat mereka menyadari bahwa mereka nggak menghadiri acara sosial baik karena mereka nggak diundang atau hanya merasa nggak ingin pergi.
Secata umum, FOMO menyebabkan orang merasa bahwa dirinya punya pangkat sosial yang rendah. Pikiran ini kemudian akan menimbulkan kecemasan dan perasaan rendah diri.
Sebuah survei menemukan bahwa FOMO sangat umum terjadi pada orang berusia 18 sampai 33 tahu. Bahkan dua pertiga di antaranya mengaku mengalami FOMO secara teratur.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami FOMO cenderung bergantung pada media sosial. Faktanya, beberapa psikolog bahkan berpendapat bahwa rasa takut ketinggalan adalah yang membuat media sosial bisa menjadi sukses.
FOMO yang menghinggapi banyak remaja merupakan sesuatu yang nggak begitu mengherankan. Sangat mudah bagi remaja untuk mendefinisikan kehidupan mereka berdasarkan apa yang mereka lihat secara online.
Saat kita bertanya pada anak kita apakah mereka mengalami FOMO, sebagian besar mungkin menjawab tidak. Kebanyakan nggak sadar saat mereka stres atau khawatir tentang apa yang mereka lihat secara online dan terlalu sering menggunakan internet adalah tanda bahwa mereka sedang mengalami FOMO.
Masalahnya adalah terus-menerus mengkhawatirkan apa yang dilakukan orang lain hanya menyebabkan remaja semakin kehilangan kehidupan mereka sendiri. Faktanya, FOMO menyebabkan orang tetap fokus ke luar daripada ke dalam.
Hal ini pada akhirnya menyebabkan anak kehilangan jati diri dan berjuang dengan harga diri yang rendah. Lebih buruk lagi, mereka bisa terlalu fokus pada apa yang orang lain lakukan hingga lupa untuk menjalani hidup mereka sendiri.
Makanya penting bagi orang tua untuk membantu anak mengatasi masalah FOMO ini. Jika dibutuhkan, kita bisa membawa anak untuk berkonsultasi dengan ahli agar bisa mengatasinya bersama-sama.
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Moms!