© Https://www.shutterstock.com/id/g/Toey+Toey
Menjadi seorang ibu adalah pengalaman yang penuh sukacita dan penuh cinta. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, tidak dapat disangkal bahwa menjadi seorang ibu juga merupakan tugas yang berat dan terkadang melelahkan.
Terkadang ada saja tingkah laku anak yang menjengkelkan hingga membuat ibu kesal sampai marah-marah kepadanya. Berikut ini beberapa alasan mengapa ibu jadi sering marah setelah punya anak.
© Shutterstock
Anak balita sering kali mulai menunjukkan perilaku yang menantang, seperti melawan, menolak perintah, atau tantrum. Ketika anak mulai menguji batas-batas dan memperlihatkan sikap yang sulit diatur, ibu mungkin merasa frustrasi dan kesulitan untuk mengendalikan emosi mereka.
© https://www.shutterstock.com/g/SAKCHAI+PHETCHARAT
Pada usia balita, anak-anak mulai membutuhkan lebih banyak perhatian, bimbingan, dan pengawasan. Ibu mungkin merasa terbebani oleh peningkatan tanggung jawab dalam merawat anak mereka, sementara juga harus mengurus rumah tangga dan memenuhi tanggung jawab lainnya.
Rasa kelelahan dan stres akibat tuntutan yang meningkat dapat membuat ibu lebih rentan terhadap kemarahan dan frustrasi.
© https://www.shutterstock.com/id/g/oduaimages
Anak balita masih dalam tahap perkembangan bahasa dan kemampuan komunikasi mereka mungkin terbatas. Ketidakmampuan anak untuk menyampaikan keinginan atau perasaan mereka dengan jelas dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi, baik bagi anak maupun ibu.
Kurangnya komunikasi yang efektif dapat menyulitkan ibu untuk memahami kebutuhan dan keinginan anak mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan ketegangan dan kemarahan.
© smartparenting.com.ph
Anak-anak usia prasekolah juga mulai terpapar pada berbagai pengaruh dari lingkungan sosial mereka, termasuk teman sebaya, tayangan media, dan lingkungan sekolah.
Beberapa perilaku atau sikap yang anak pelajari dari lingkungan ini mungkin menimbulkan kekhawatiran atau ketidaknyamanan bagi ibu, yang dapat memicu respon marah atau frustrasi.
© womensmentalhealth.org
Ibu sering kali merasa tekanan untuk menjadi orang tua yang sempurna dan merasa bersalah jika merasa tidak mampu mengendalikan emosi mereka dengan baik di depan anak-anak.
Rasa bersalah atau kekhawatiran akan dampak dari ekspresi emosi yang negatif dapat menambah beban mental dan emosional ibu, yang kemudian dapat memperburuk tingkat kemarahan atau frustrasi.
Merawat anak balita memang terkadang membutuhkan kesabaran ekstra karena ada saja tingkah laku mereka yang terkadang membuat ibu kesal. Namun, marah terus-menerus pada anak juga bisa memberikan dampak negatif kepadanya.
Oleh sebab itu, ibu perlu mengelola emosinya dengan lebih baik terutama memasuki anak usia balita seperti ini. Semoga ulasan ini cukup membantu ya Mom.