© Kurdishmother.com
Melarang anak dengan langsung berkata 'tidak' sering dilakukan orang tua. Wajar, karena hal tersebut adalah reflek. Begitu dengar atau lihat anak melakukan sesuatu yang nggak cocok, kamu pasti langsung berkata begitu.
Namun, ternyata terlalu sering bilang 'tidak' bisa berbekas dan menimbulkan efek jangka panjang pada anak, lho.
Laura Markham, Ph.D., psikolog anak, menjelaskan bahwa kata 'tidak' yang terlalu sering didengar anak akan berpengaruh pada pola pikirnya yang akan cenderung inside the box. Padahal, masa anak-anak harusnya jadi masa eksplorasi seluas mungkin.
"Terlalu sering mendapat kata 'tidak' bisa membuat anak takut bergerak. Bagaikan komputer yang di-shut down, sisi inisiatifnya akan menjadi mati," terang Laura.
Kalau gitu, bagaimana cara melarang tanpa harus mengeluarkan kata 'tidak'?
Kalau kamu menjumpai anak atau keponakanmu yang masih kecil sedang ngotot meminta sesuatu yang nggak bisa langsung dituruti, kamu bisa mengatakan iya bersyatrat ketimbang langsung bilang 'tidak'.
Misal, waktu dia minta es krim padahal di jam tersebut harusnya dia makan siang. Langsung melarang dengan bilang 'tidak' seringkali cuma akan membuat dia makin rewel dan nangis nggak keruan. Sebagai alternatif, kamu bisa bilang, " Iya boleh makan es krim, tapi nanti setelah makan siang ya."
" Anak-anak di usia dini belum bisa memahami alasan dan aturan di balik sebuah kata-kata. Menurutnya, kata 'tidak' adalah kata yang membuat keinginannya nggak terpenuhi sehingga wajar kalau ekspresi marah yang kemudian dikeluarkan," ujar Bruce Grellong, Ph.D., seorang psikolog asal New York.
" Mengatakan iya dengan syarat tertentu membuat dia belajar bahwa ada yang harus dilakukan untuk mendapat sesuatu," lanjutnya.
Cara ini bisa kamu terapkan saat menjumpai anak-anak melakukan sesuatu yang mengganggu dan nggak sepantasnya dilakukan.
Misal, waktu dia memainkan mainan robot-robotannya dengan cara dipukulkan ke meja. Perpaduan suara berisik dan ketakutan ada salah satu yang rusak di antara meja atau mainan tentu sangat mengganggu. Meski begitu, jangan terpancing untuk menghentikannya dengan bentakan.
Kamu bisa mengatakan hal seperti, " Kalau mainnya gitu nanti mainannya rusak, lho. Terus kamu mau mainan pakai apa?" atau " Kalau mejanya dipukuli terus nanti rusak, ibu sedih lho. Adik mau lihat ibu sedih?" .
" Pendekatan semacam itu akan menjelaskan pada anak bahwa ada konsekuensi dari segala tindakan. Selain itu dia juga bisa belajar tentang empati, bahwa dari hal yang dia lakukan bisa berimbas pada orang lain," jelas Leigh Thompson, seorang profesor bidang konseling dari Northwest University's Kellog School of Management.
Untuk membuat anak atau keponakan menghentikan aktivitas yang nggak sesuai tempatnya, kamu bisa melakukan strategi berikut ini.
Misal, anak atau keponakanmu sedang bermain lempar bola di dalam rumah. Lalu tiba-tiba terdengar ada suara benturan keras antara bola dengan kaca. Ketimbang langsung melarangnya dengan " Nggak boleh main bola di dalam rumah!" , kamu bisa memberinya pilihan.
Tanyakan, " Kalau mau main lempar bola mending di luar aja, tapi kalau mau tetap main bola di dalam rumah mending digelindingkan ya."
" Memberi himbauan dengan pilihan untuk anak di usia dini bisa melatih kemampuannya untuk membuat pilihan dan memutuskan sesuatu. Ke depannya, ini bisa menumbuhkan sifat mandiri pada anak," ujar Claire Lerner, direktur bidang parenting di badan riset non profit, Zero to Three.
Harus diakui, kadang kita mengatakan 'tidak' pada anak atau keponakan karena cara itu adalah yang paling simpel untuk dilakukan. Namun, cobalah sesekali untuk sedikit berusasha dengan mencari cara lain seperti yang tercantum di atas. Pada dasarnya, untuk bisa menyampaikan himbauan dengan efektif kamu cuma perlu memberi sedikit penjelasan, kok.
Semoga berhasil!