© Freepik
Ayah merupakan sosok pria hebat yang menjadi panutan untuk keluarganya. Sikapnya yang tegas dan pekerja keras namun tetap menyebarkan kasih sayang dan kehangatannya untuk keluarga tercinta. Ayah merupakan sosok yang sangat berarti bagi hidup seseorang. Lewat perjuangan ayah, kita dapat tumbuh dewasa dan memperoleh pendidikan serta kenikmatan hidup yang dapat kita rasakan saat ini.
Sebagai anak, tak akan pernah mampu untuk membalas secara sepadan terhadap jasa ayah yang begitu besar pengorbanannya bagi keluarga. Maka dari itu, sebuah keharusanlah sebagai anak untuk menyayangi sosok ayah. Meski begitu, terdapat sebagian orang kurang beruntung dikarenakan kehilangan sosok ayah lebih awal. Kenyataan tersebut tentu merupakan hal yang menyakitkan bagi seseorang. Ketika kehilangan sosok ayah, hidup seseorang terasa lebih hampa.
Tak sedikit orang yang kehilangan ayah memilih dan membutuhkan wadah untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka melalui puisi. Berikut contoh puisi rindu untuk ayah yang sudah meninggal:
© Freepik
Oleh: Niki Ayu Anggraini
Ayah, dimana engkau berada
Disini aku merindukanmu
Menginginkan untuk berjumpa
Merindukan akan belaianmu
Kasih sayangmu selalu ku rindu
Engkau selalu hadir di mimpi,
Mimpi yang begitu nyata bagiku
Menginginkan engkau untuk kembali
Aku selalu mengharapkan engkau,
Menemaniku setiap hari
Menemani masa pertumbuhanku ini
Aku tumbuh menjadi besar,
Tanpa engkau disisiku
Tanpa engkau yang menemani hari-hariku
© shutterstock
Ketika senja menjelang,
Sayup adzan mulai berkumandang
Burung-burung pulang ke sarang
Gembalakan ternak menuju kandang
Semnetara aku disini,
Duduk sepi dan sendiri
Perihal rindu semakin menjadi
Akan cinta yang tak mati
Seperti manusia pada umumnya,
Takkan lekang dari cerita lama
Tentang rindu yang menggelora
Akan cinta yang tak tertelan masa
Begitu juga aku,
Rindu di dekat ayah ketika dipangku
Rindu bercengkrama di sela waktu
Rindu pelukan dan nyanyian syahdu
Sementara di sisi lain,
Aku pasrah menatap cermin
Menyadari semua yang aku ingin,
Telah berlalu diterbangkan angin
Ayah, aku merindukanmu
Rindu ciuman dan pelukanmu
Rindu senyuman dan teguranmu
Rindu semua yang ada darimu
Tegarkanlah, tenangkanlah
Ayah, maafkan aku
© Freepik
Oleh: Eko Putra Ngudidaharjo
Ingin kugali gundukan itu,
Dan mencabut papan nama setiap dukaku
Biarlah nafasku memeluk tentangmu
Puisi-puisi gelap menimangku
Sajak berair mata merangkulku,
Dan merambatkan tiap ratap di sekitar gelap
Seolah kau utus jangkrik untuk memejamkan lelahku
Nyanyi cerita tentang dahaga merindu
Seolah kau titipkan restumu,
Lewat dingin malam menyuap
Mantra-mantra penghapus basah tatapku
Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu
Seperti suara hati yang tersampaikan padaku
Bahkan suara gitar berbeda saat anganku menuju kenangmu
Getar yang memancar melahirkan syair,
Bak pujangga berlagu
Ini untukmu, itu buatmu,
Dan do’a sebagai baktiku
Miss you, Ayah
© shutterstock
Kususuri senja hari ini
Menatap ke arah matahari
Namun ia perlahan pergi
Tinggalkanku seorang diri
Pagi tiba dengan suryanya
Pancarkan cerahnya cahaya
Belum usai ku sapa,
Ia berburu meninggi saja
Kenapa?
Kenapa semua pergi tiba-tiba?
Kenapa keindahan tak bertahan lama?
Kenapa semua berlalu begitu saja?
Semua hal berubah gundah
Semenjak kepergian ayah, semua hal berubah sepi,
Semenjak ayah tak lagi di sini
Kadang,
Aku bertanya pada diri,
Sanggupkah aku berjalan sendiri,
Menjalani hidup tanpamu disini?
Yah,
Aku merindukanmu,
Sangat rindu bertemu denganmu,
Duduk berdua di dekatmu
© Freepik
Oleh: Srifatmawaty Timumu
Ku tak dapat menghantarkan kepergianmu
Langit mendung turut berduka
Semua riuh rendah mengingat amal kebaikanmu
Ayah,
Di bawah nisan dan kamboja ini,
Aku tertunduk
Ku jatuhkan air mata untukmu
Ayah,
Kau yang mengajarkan aku tentang arti kehidupan
Kau yang mengajarkan aku menghargai sesama
Kini ayah pergi,
Untuk selamanya
Tuhan,
Jika boleh aku bertemu ayah,
Ku ingin memeluknya dengan penuh rasa kasih sayang
Tuhan,
Ku tahu semua itu takkan pernah terjadi
Tapi, aku hanya dapat berkata kepada-Mu
© Shutterstock
Lelaki yang terbaring kaku itu ayahku
Dia laki-laki yang tidak pernah menyakitiku
Dia lelaki yang selalu mengayomiku
Rasa sakitnya tidak pernah ia rasakan
Lelaki hebat itu ayahku
Ia sosok lelaki sederhana namun penuh kasih
Ketulusannya terasa begitu hangat
Kini ia pergi untuk selamanya
Meski sedih rasanya kehilanganmu,
Aku melepasmu dengan ikhlas
Demi bahagiamu di surga
Kini kau sudah tidak sakit lagi
Terimakasih ayah
Jasa-jasamu akan selalu ada di ingatan
Nasehatmu takkan ku lupakan
Selamat tinggal ayahku sayang
© Freepik
Oleh: Desi Maylani
Ayah,
Kehilanganmu seperti aku kehilangan dunia
Seperti aku kehilangan seluruh daya
Seperti aku kehilangan separuh jiwa
Ayah,
Dari keringatmu aku hidup
Dari tanganmu aku makan dan minum
Dari nasehatmu aku menjadi manusia
Ayah,
Kepergianmu memukul hatiku
Kepergianmu mencabik jiwaku
Kepergianmu meruntuhkanku
Ayah, semoga engkau berbahagia disana
Semoga engkau tenang di surga-Nya
Semoga amalanmu diterima oleh-Nya.
© shutterstock.com/g/Dragon Images
Ku nikmati rindu,
Yang tercipta oleh lengkung jingga,
Bersama dentingan dawai gitar
Mencoba untuk bernostalgia dan,
Melupakan segenap prahara yang ada
Aku tak risau,
Soal lemahnya daya ingat akanmu
Sebab Tuhan selalu berhasil,
Mengembalikan kenangan kita,
Lewat senaja yang berbau rindu itu
Aku masih menyapamu,
Sebagaimana kau menyapaku dulu
Namun kepergianmu,
Membuat senja tak lagi sama
Bahkan puisiku juga
Ketahuilah..
“ Kamu” adalah gagasan utama,
Pembicaraanku dengan Tuhan,
Disetiap kedua telapak tangan terbentang menganga,
Diiringi air mata
© Freepik
Oleh: Muzdalifah Agustina
Tak ada kata yang pantas terucapkan
Hanya derai bening yang selalu bercucuran
Membayangkan segala kenangan
Teringat akan semua kebersamaan
Walau ucapmu terkadang pahit
Sentakmu buatku sakit
Namun kan ku coba tuk bangkiyt
Tak peduli itu mudah ataupun sulit
Keluh kesah selalu kau sembunyikan
Kau simpan dalam sebuah senyuman
Apapun yang kau rahasiakan,
Aku selalu bisa merasakan
Itu dahulu,
Saat kau masih bersamaku
Banyak hal yang buatku malu
Malu karna telah menyia-nyiakanmu
Kini hanya sesal yang terasa di jiwa
Ingin sekali aku mengulang semua
Jika Tuhan mengizinkannya,
Aku takan lagi buatmu kecewa
Andai Tuhan beritahu aku,
Bahwa Ia akan mengambil ayah lebih dulu
Mungkin aku takan lakukan itu
Kan ku buat dia bahagia karna aku
© https://www.shutterstock.com/g/tomwang
Hari ini, aku kembali tersandar
Tersandar kemudian bersabar,
Tentang sesuatu yang memudar,
Dari sosok yang begitu tegar
Hari ini, akulah Anak Yatim
Seorang bocah ingusan yang terhakim
Segudang rindu mulai bermukim
Di dalam do’a sellau kukirim
Hari ini, akulah insan nan pincang
Menelusurit bumu dengan gamang
Merasa mundur sebelum perang,
Karena kerasnya benturan karang
Hari ini, akulah si anak yatim
Menggantung harapan di ujung jalan
Berlari namun tak sanggup menahan,
Akan kerinduan yang kian mendalam
Ayah, akulah Anak Yatim
Itulah beberapa kumpulan puisi rindu untuk ayah yang sudah meninggal. Semoga dapat menjadi inspirasi guna pelepas rasa rindu untuk ayah tersayang yang telah tiada.
Editor: Najwa Al Rasyidah