© Carilionclinicliving.com
Kalau ngomongin soal jurusan di SMA, kita pasti ingat biasanya ada dua jurusan populer yaitu IPA dan IPS. Sampai sekarang dua jurusan ini masih sering jadi bahan perdebatan di mana-mana karena stereotip yang terbentuk di masyarakat sejak lama.
Biasanya anak yang masuk IPA bakal dianggep lebih pinter, rajin, baik, suka nabung, dan masa depan cerah. Sementara anak IPS masih aja dapet predikat nggak niat sekolah, malas, dan urakan. Meski kita tahu kalau kenyataannya nggak seperti itu, tapi nyatanya kita masih aja kebawa pemikiran yang rasanya berasal dari zaman batu itu. Terutama bagi kita para orang tua.
/edc storynya temenku????
kalo aku sih IPA karna ikut2an??
kalian gimana? pic.twitter.com/gdB59F9eOd
Sebuah curhatan seseorang di Twitter ini bisa jadi salah satu contoh bahwa ternyata masih ada anak-anak kita yang milih jurusan karena pengen kelihatan keren atau ikut-ikutan temannya. Padahal harusnya saat milih jurusan, anak harus mempertimbangkan minat dan kemampuan mereka di jurusan itu. Sebagai orang tua kita juga harus mendampingi anak biar nggak salah pilih jurusan dan berujung menyesal.
Tapi nyatanya banyak dari orang tua yang nggak membantu anak menemukan jurusan yang mereka inginkan. Justru kebanyakan malah maksain anak untuk masuk jurusan yang menurut mereka oke.
Salah satu kasusnya terjadi pada saudara saya sendiri. Dia punya anak yang pintar di banyak pelajaran, tapi cenderung paling oke di pelajaran IPS. Saat gurunya menyarankannya untuk masuk IPS, sang anak pun setuju dengan hal itu.
Tapi bagian menyedihkannya adalah sang ayah berpikiran lain. Dia nggak setuju kalau anaknya masuk IPS karena masih terjebak dalam pemikiran kalau anak IPS cenderung urakan dan nggak punya masa depan. Bahkan sang ayah pun sampai nggak bisa tidur karena terlalu kepikiran anaknya bakal masuk IPS. Pada akhirnya sang anak pun mengalah dan masuk jurusan IPA.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya bisa menjadi orang yang sukses dan bahagia. Untuk itu kita mungkin sering nggak sadar terlalu mengatur kehidupan anak karena menginginkan yang terbaik untuknya.
Tapi dari yang saya baca di Psych Central, kesuksesan anak di masa depan nggak ditentukan dari nilai bagus apalagi jurusannya. Mendorong anak untuk menjadi yang terbaik dan punya sikap kompetitif memang nggak salah, tapi kita sebagai orang tua juga harus ingat kalau terlalu memaksakan anak untuk mengikuti keinginan kita yang bukan kemauan dia juga nggak akan berujung baik.
Faktanya kesuksesan sejalan dengan kapasitas psikologis seperti rasa optimis, ingin tahu, percaya diri, dan kemampuan untuk mengatur emosi. Kapasitas itu akan berkembang jika orang tua bisa memberikan dukungan serta mengajak anak berperan sebagai individu di rumah.
Ironisnya, kekhawatiran tentang nilai dan kesuksesan anak yang seringkali kita rasakan sebagai orang tua justru bisa jadi bumerang untuk anak. Saat orang tua terlalu banyak mengatur pilihan anak, anak akan cenderung punya rasa takut yang tinggi sehingga mereka akan menghindari kemungkinan kegagalan dan nggak mau mencoba tantangan baru dalam hidupnya.
Nggak memberikan anak ruang untuk punya pilihan sendiri juga bisa membuat anak nggak mandiri serta merasa selalu tertekan. Saat dia dihadapkan pada pilihan, dia akan ngerasa gelisah karena berpikir pilihannya bakalan salah.
Untuk itu, mulai sekarang kita harus bisa memberikan ruang dan kesempatan bagi anak untuk membuat pilihannya sendiri. Meskipun kita adalah orangtuanya tapi anak memiliki kehidupan mereka sendiri.
Bagaimana menurut kamu? Apa kamu juga punya pengalaman milih jurusan bareng orang tua? Bagikan di kolom komentar, ya.