© Thousanddays.org
Kelahiran buah hati menjadi hal yang membahagiakan bagi setiap pasangan. Selama kurang lebih sembilan bulan lamanya, mereka sudah menunggu untuk melihat anggota baru dalam keluarga. Rasa suka cita pun nggak hanya dirasakan oleh orang tua saja tapi juga seluruh anggota keluarga besar lainnya.
Meski begitu nggak bisa dipungkiri kalau terkadang ada saja komentar dari anggota keluarga besar yang mungkin bisa menyinggung hati kita sebagai ibu baru. Yang paling sering adalah komentar tentang berat badan bayi saat lahir.
Saat bayi lahir dengan berat badan cenderung kecil, ibu akan menjadi sasaran empuk dari komentar-komentar tersebut. Memangnya saat bayi lahir dengan berat badan yang besar sudah pasti lebih sehat?
Ternyata belum tentu lho!
Dilansir dari Young Parents, mungkin jika dipikirkan secara awam maka kita akan menganggap bayi yang punya berat badan besar menjadi tanda bahwa kondisi kesehatan mereka baik. Tapi ternyata hal yang banyak dipercayai oleh orang-orang itu nggak benar.
Menurut dr. Suzanna Sulaiman, kepala dan konsultan senior di Departemen Obstetri dan Ginekologi di KK Women's and Children's Hospital (KKH), ukuran berat badan nggak menentukan kesehatan bayi.
Faktanya menurut Victor Samuel Rajadurai, konsultan senior di KKH's Department of Neonatology, bayi dengan berat badan lebih dari 3,8 kg justru lebih banyak mengelami komplikasi daripada bayi dengan berat normal. Komplikasi tersebut bisa termasuk cedera lahir, gula darah rendah, kadar kalsium rendah, dan penyakit kuning.
Kebanyakan bayi dengan berat badan besar biasanya lahir dari ibu dengan diabetes bawaan atau diabetes pada kehamilan yang dikenal dengan sebutan diabetes mellitus gestasional. Secara umum, bayi tersebut punya tingkat cacat lahir tiga kali lipat lebih besar.
Hal itu bahkan mempengaruhi otak, paru-paru, jantung, saluran pencernaan dan tulang belakang. Beberapa di antaranya bisa mengalami kondisi sakit kritis.
Berat lahir lebih dari 4 kg membuat bayi berisiko tinggi terkena obesitas dan diabetes sebagai anak. Bahkan hal ini juga bisa berdampak hingga mereka dewasa.
Ibu hamil harus memantau glukosa darah mereka di trimester kedua kehamilan untuk mendeteksi adanya diabetes. Bahkan ibu hamil harus melakukannya sedini mungkin untuk menjalankan diet diabetes seimbang sepanjang masa kehamilan.
Kontrol yang baik terhadap diabetes mellitus gestasional sangat penting dalam mendapatkan hasil kehamilan yang baik. Setelah melahirkan, penting juga untuk melakukan tes toleransi glukosa oral untuk memastikan bahwa kondisi kita telah pulih.
Jika kondisi ini dapat dikendalikan dengan baik maka sebagian besar dari efek sampingnya bisa dicegah.
Semoga informasi ini membantu ya, Moms!