© Zdnet.com
Wabah corona membuat hampir semua aktivitas masyarakat berubah. Salah satunya adalah kegiatan belajar dan mengajar sekolah.
Banyak anak-anak yang harus melakukan sekolah secara online untuk tetap mendapatkan pendidikan di tengah pandemi ini. Namun, masalah kemudian muncul saat siswa yang kurang mampu jadi nggak bisa mendapatkan pendidikan selama pandemi.
Penyakit yang telah tersebar hampir di seluruh negara ini ternyata nggak hanya menyerang nyawa, mata pencaharian, dan kehidupan normal saja. Tapi secara nggak sadar hal ini juga menyerang masa depan anak.
Dilansir dari Times of India, banyak siswa dan guru yang masih tergolong belum melek teknologi bahkan mendapatkan akses. Padahal kelas online membuat mereka membutuhkan akses internet yang stabil dan perangkat digital sebagai penunjang.
Untuk memastikan bahwa banyak siswa terpinggir yang memiliki akses ke pendidikan online, Jaiditya Dev memutuskan untuk melakukan sesuatu. Remaja berusia 17 tahun itu mulai berbagi dengan mereka.
Jaiditya mengajar Matematika dan Fisika pada siswa melalui sebuah LSM di Delhi. Nggak hanya itu, dia juga ikut kursus online untuk membuat aplikasi sehingga lebih banyak orang yang mau bergabung menjadi relawan mengajar. Jaiditya menuliskan sebuah renungan sebagai berikut.
" Albert Einstein berkata, 'di tengah kesulitan, ada kesempatan'. Pandemi COVID baru-baru ini telah menjadi fase pembelajaran bagi umat manusia secara luas. Bukan untuk mengabaikan ancaman dan tantangan yang harus dihadapi umat manusia pasca ketakutan COVID ini, saya entah bagaimana merasa bahwa pandemi saat ini memunculkan individu baru dalam diri saya,"
Pandemi corona ternyata menggerakkan Jaiditya untuk bergabung dengan LSM dan memberikan pendidikan pada anak-anak kurang mampu.
" Lockdown di berbagai negara, negara bagian, dan kota memaksa sebagian besar dari kita untuk tinggal di dalam rumah dan mengikuti kelas, aktivitas, dan hobi online dari dalam tembok rumah masing-masing. Saya mengambil kesempatan untuk berhubungan dengan sebuah LSM yang berbasis di Delhi dan terlibat dalam memberikan pendidikan dan kebutuhan anak-anak yang kurang mampu,"
Ternyata pilihan yang dibuat Jaiditya ini justru mengantarkannya pada rasa syukur atas kehidupannya sendiri. Dia juga mendapatkan dukungan penuh dari orangtuanya.
" Saat berinteraksi dengan anak-anak melalui mode virtual, saya menyadari betapa beruntungnya saya dalam hidup saya. Saya diberkati dengan atap di kepala saya, makanan di perut saya, dan pena di tangan saya. Belum lagi dukungan tanpa syarat dan terus-menerus dari orang tua saya dalam semua usaha saya di masa lalu dan yang akan datang. Saya terlibat dalam memberikan kelas online untuk Matematika dan Fisika. Setiap interaksi formal dan informal dengan anak-anak ini melalui kelas membuka aspek baru kehidupan dan perjuangan yang mereka hadapi. Faktanya, saya membutuhkan hampir delapan belas tahun untuk menyadari bahwa membeli notebook atau pulpen juga bisa menjadi tantangan, fakta yang dianggap tidak ada bagi saya. Saya menyadari bahwa Anda tidak perlu kaya untuk membantu seseorang tetapi Anda pasti harus memiliki hati yang berdetak. Meskipun demikian, Anne Frank percaya 'Tidak ada yang pernah menjadi miskin dengan memberi',"
Melalui pengalaman ini, Jaiditya ingin menciptakan platform bagi anak-anak kurang mampu agar bisa mendapatkan pendidikan secara gratis. Dia telah mengambil kursus online untuk mewujudkan keinginannya itu.
" Dengan setiap interaksi, saya menyadari bahwa Anda tidak perlu kaya untuk membantu seseorang. Interaksi saya telah mengawali pemikiran batin saya untuk menciptakan platform bagi anak-anak yang di dalamnya terdapat hubungan antara koordinator LSM tersebut dan relawan seperti kami yang ingin memberikan layanan gratis, dalam bentuk apapun. Saya tidak pernah tahu bagaimana saya akan mengembangkan platform ini tetapi saya bermaksud untuk melakukannya. Richard Branson dengan optimis menyatakan, 'Jika seseorang menawarkan Anda kesempatan yang luar biasa tetapi Anda tidak yakin Anda bisa melakukannya, katakan ya - lalu pelajari cara melakukannya nanti.' Bahkan, saya mengambil kursus online untuk mem-posting pemikiran saya, untuk dapat membuat aplikasi dan melakukan semaksimal mungkin dengan pengetahuan saya yang terbatas. Saya telah menetapkan jalan saya untuk hal yang sama dan berharap untuk akhir yang penuh harapan,"
Mulia sekali harapan Jaiditya. Bahkan dirinya masih berusia 17 tahun dan sudah memiliki keinginan besar untuk membantu banyak orang.
Kita doakan semoga harapan Jaiditya bisa terwujud ya!