© Shutterstock.com/g/Rawpixel
Sebagai orang tua, kita pasti ingin memberikan pujian jika si kecil berhasil melakukan sesuatu. Bahkan kita beranggapan bahwa pujian itu bisa menjadi pendorong agar si kecil bisa terus berbuat lebih baik.
Tapi ternyata, sebuah penelitian justru mengungkap hal sebaliknya. Melansir dari Times of India, memuji anak dengan menyebutnya 'pintar' atau 'cerdas' justru bisa menjadi bumerang di kemudian hari.
Pujian ini ditangkap oleh anak dengan pengertian bahwa kecerdasan itu adalah hal genetik yang tidak dapat diubah. Sehingga nantinya mereka justru kurang mempehatikan dan seringkali enggan bangkit kembali dari kesalahan.
Studi ini telah diterbitkan dalam Journal Development Cognitive Neuroscience. Tim peneliti dari Michigan State University telah mengamati 123 siswa berusia 7 tahun, untuk menentukan apakah mereka memiliki mindset yang berkembang atau tetap.
Mindset berkembang ditandai ketika anak percaya bahwa kecerdasan itu bisa diperoleh dengan usaha dan kerja keras. Sedangkan mindset tetap merujuk pada pengertian bahwa kecerdasan itu tidak dapat diubah.
Hasilnya, anak-anak dengan mindset berkembang ternyata memiliki respon otak yang lebih besar. Usai membuat kesalahan, mereka akan lebih perhatian dan meningkatkan kinerja dalam penyelesaian tugas.
Sedangkan anak dengan mindset tetap cenderung tidak mau mengakui jika mereka melakukan kesalahan. Hal ini terjadi karena anak-anak tersebut merasa bahwa kesalahan itu tidak bisa diperbaiki dan 'kecerdasan' yang mereka miliki memang seperti itu.
Untuk itu penting diperhatikan oleh orang tua mengenai ungkapan pujian yang dilontarkan pada anak-anak. Alih-alih mengatakan " Kamu sangat pintar" , akan lebih baik jika orang tua mengatakan " Terimakasih sudah belajar keras, kini usahamu tidak sia-sia" .
Kemudian, jika suatu ketika si kecil melakukan kesalahan, maka jangan biarkan si kecil menghindar dari kesalahan tersebut. Ajaklah si kecil mencari tahu kesalahan apa yang dibuatnya dan konsekuensi apa yang perlu dipertanggung jawabkan.