© Shutterstock.com
Dewasa ini, menyekolahkan anak-anak satu atau dua tingkat lebih dulu sebelum umurnya telah menjadi fenomena yang biasa. Namun Moms pernah berpikir nggak jika hal tersebut justru dapat menimbulkan berbagai kerugian untuk masa depan anak?
Bukan tanpa landasan yang jelas, hal ini telah dilaporkan secara oleh oleh para ahli melalui penelitiannya yang menyatakan beberapa hal berikut.
Pertama, siswa termuda di kelas dapat mengalami masalah pendidikan dan emosional bagi anak-anak.
Kedua, siswa yang lebih muda dari teman-temannya juga dapat menderita secara sosial.
Pada dasarnya, setiap orang tua memiliki fleksibilitas dalam memutuskan kapan anak-anak mereka harus mulai bersekolah. Namun, jika tanpa pertimabngan khusus sesuai umur mereka, hal ini justru dapat mengakibatkan berbagai usia dan tingkat anak-anak di kelas yang sama dan berkelanjutan loh, Moms.
Sebenarnya, semua siswa di kelas dapat diberikan tugas dan pekerjaan yang sama, namun sebuah studi baru mencatat bahwa anak-anak di ujung spektrum yang lebih muda mungkin memiliki lebih banyak tantangan dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas seusianya.
Seperti dikutip dari laman Verrywellfamily.com yang diterbitkan oleh Journal of American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, para ahli menemukan bahwa ketika anak-anak adalah yang termuda di kelasnya, mereka memiliki peluang lebih besar untuk mengalami masalah pendidikan, serta komplikasi sosial dan bahkan emosional.
Sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak-anak, Moms pernah nggak sih berpikir jika ada bebrapa hal dan kemungkinan yang bisa terjadi ketika mereka tidak bersekolah sesuai dengan usianya?
Seperti anak-anak mengalami masalah sosial atau masalah dalam belajarnya?
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh team peneliti dari King's College London, Institut Karolinska, dan Universitas Orebro, mereka menemukan bahwa siswa termuda dari suatu kelas lebih mungkin mengalami prestasi pendidikan yang rendah, gangguan penyalahgunaan zat, dan depresi di kemudian hari.
Pusat Statistik Pendidikan Nasional mencatat bahwa anak-anak AS dipaksa untuk mulai sekolah antara usia 5 dan 8 tahun, tergantung pada negara bagian. Sedangkan di Indonesia, tidak jarang orang tua yang mulai menyekolahkan anak-anak mereka sejak usia dini seperti di usia 3 dan 4 tahun.
Kelonggaran memberikan kebebasan kepada orang tua tentang kapan mereka ingin anak-anak mereka memulai pendidikan formal seperti di Indonesia saat ini dapat memiliki sejumlah kelemahan, Moms.
Menurut ahli psikologi anak, ini bisa berarti anak-anak tidak siap untuk menangani beban kerja. Keterampilan motorik halus mereka mungkin tidak berkembang dalam hal menulis atau menangani gunting. Membaca, memproses, dan menyimpan informasi terbukti menantang.
Meskipun tidak semua, yang perlu Moms ketahui bahwa mampu menangani pekerjaan secara akademis hanyalah sebagian dari kesiapan yang dibutuhkan anak kecil.
Jika Moms memiliki anak yang sangat muda dan bersemangat untuk mulai sekolah, selain itu si kecil juga berbakat secara akademis, mungkin sulit untuk memutuskan kapan mengizinkan mereka memulai petualangan pendidikan formal mereka.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa kesuksesan yang dipimpin oleh buku bukanlah satu-satunya ukuran yang membuat seorang anak siap untuk mulai sekolah. Kesiapan mental, emosional, dan sosial juga menjadi kuncinya ya, Moms.
Semoga temuan ini dapat membantu Moms sebagai orang tua untuk mempertimbangkan kapan harus mendaftarkan anak-anak ke sekolah.