© Unsplash.com/Dakota Corbin
Kalau ada satu bayi di dalam ruangan berisi penuh orang dewasa, tentu anak tersebut akan otomatis menjadi pusat perhatian. Mulai dari sekedar main cilukba sampai ngajak ngobrol walaupun nggak nyambung.
Eits, walaupun obrolan anatara orang dewasa dan bayi belum bisa mencapai tahap percakapan penuh isi layaknya bincang-bincang di 'Mata Najwa', namun tetap ada aturan yang perlu kita perhatikan demi menjaga pertumbuhan si bayi lho.
Lantas, bagaimana sih cara ngobrol sama anak bayi yang benar dan sesuai aturan? Simak pembahasan berikut ini yuk!
Saat memasuki usia 3-4 bulan, bayi akan mulai mempelajari aturan sosiolinguistik. Artinya, pada fase ini anak akan mulai memahami kapan waktunya untuk merespon pembicaraan dan kapan waktunya untuk mendengar.
Jika kita sedang berada di satu ruangan dengan orang dewasa lain, hindari kebiasaan bicara berbarengan selayaknya sedang ngobrol di forum orang dewasa. Hal tersebut berisiko membingungkan bayi dan merusak tahapan belajar sosiolinguistiknya.
Gadget dan perangkat elektronik lain kerap digunakan oleh orang tua modern untuk menjadi alat bantu pengalih perhatian anak yang sedang rewel. Hal ini boleh-boleh saja dilakukan, asal sesuai dengan imbauan WHO, yakni tidak disarankan untuk anak berusia di bawah 1 tahun.
Penggunaan gadget dan perangkat elektronik lain tidak disarankan penggunaannya saat orang tua sedang membangun obrolan dengan bayi. Pasalnya, gadget dan alat elektronik dapat berpotensi mengalihkan perhatian bayi dari perbincangan yang sedang berlangsung. Efek jangka panjangnya, bayi bisa saja memiliki attention span yang rendah sehingga sulit untuk konsentrasi.
Kita masih sering menganggap bayi sebagai manusia muda yang tidak berdaya dan cuma untuk diperlakukan dengan lucu saja. Pemahaman ini kerap dipraktikkan dalam bentuk obrolan memakai kata-kata yang bunyinya dicadel-cadelkan seperti 'minum susu' yang menjadi 'mimik cucu', 'merem' jadi 'melem', 'takut' jadi 'atut', dan banyak lainnya.
Tindakan tersebut sebenarnya tergolong berbahaya karena kata-kata yang dicadel-cadelkan itu akan terekam di memori bayi dan dianggap benar. Ingat, anak adalah peniru ulung. Bayi yang mulai bertumbuh bisa saja mengalami kesulitan dalam penyebutan kata-kata tersebut dan harus belajar lebih keras agar tidak menjadi cadel sungguhan.
Saat masih bayi, anak belum bisa mencerna seluruh perkataan orang dewasa secara utuh. Mereka akan cenderung menangkap tanda-tanda yang lebih mudah dicerna seperti ekspresi wajah dan intonasi.
Oleh karena itu, usahakan untuk selalu menjaga raut wajah, nada bicara, dan kata-kata yang positif saat berbincang dengan anak. Usaha ini digunakan agar kita bisa menunjukkan emosi yang dirasakan lewat cara yang baik sehingga anak bisa lebih memahaminya.
Kemampuan menjaga kontak mata yang dimiliki orang dewasa sebenarnya sudah dipupuk sejak kita masih berusia sangat dini. Orang tua wajib mengajarkan hal ini pada anak, bahkan sejak ia masih bayi.
Usahakan untuk selalu menatap mata anak saat kita sedang berbincang. Langkah ini berfungsi untuk memulai kebiasaan menatap mata seseorang saat sedang bercakap-cakap. Selain itu, menatap mata bayi juga dapat menjaga ikatan emosional antara orang tua dengan anak sehingga komunikasi tak hanya terjalin di lisan, namun juga batin.
Itu tadi adalah lima aturan tak tertulis yang wajib kita lakukan saat ngobrol dengan anak bayi. Setelah baca artikel ini, kalau ngobrol sama bayi jangan asal lagi ya, Diazens!