© Pexels.com/@victoria-borodinova
Setiap anak memiiki fase pertumbuhan dengan kebiasaan yang berbeda-beda, seperti memakan benda di sekitarnya sampai dengan mengisap jari jempolnya sendiri. Tapi, terkadang para orangtua tidak memperbolehkan dengan kebiasaan bayinya yang suka isap jempol, karena khawatir akan kuman dan bakteri yang masuk ke dalam mulut. Sehingga, beberapa sumber pun menjelaskan mengenai kebiasaan bayi yang suka isap jempol dianggap wajar atau tidak.
Mengisap jempol mungkin lebih mudah dilakukan bayi ketika sedang tidak menyusu kepada ibunya. Apalagi, saat bayi terbangun di malam hari. Sehingga, secara refleks untuk memberikan ketenangan, bayi pun mengisap jempolnya sediri, sayangnya bayi belum punya kesadaran akan kebersihan, karena itulah bayi bisa sembarangan mengisap jempolnya setelah bermain di lantai atau memegang barang-barang kotor. Tapi, kebiasaan mengisap jempol juga memiliki dampak buruk bagi bayi dalam jangka panjang, seperti masalah pada kulit, kuku pada jempol, dan gigi.
Namun berbeda dengan penjelasan dari Ratih Puspa Rahmani, Master Psikologi Terapan Anak Usia Dini dari Universitas Indonesia yang pernah menjadi guru di sekolah Montessori, menjelaskan bahwa anak yang suka isap jari dianggap wajar, karena anak masih berada pada fase oral dan fase ini pun bertahap. Selain itu, Ratih juga memaparkan bahwa saat anak memasukkan tangan ke mulut, itu akan membantu kemampuan oromotornya (kemampuan mulutnya mengunyah) dengan mendorong sensor lidah yang awalnya hanya aktif di bagian depan, menjadi aktif hingga pangkal lidah.
Menurut Dra. Betty DK Zakianto. Msi, menjelaskan secara psikologis bahwa bayi yang mengisap jari karena lapar. Selain itu, bayi memang memiliki kebutuhan mengisap dari lahir sampai usia 3 bulan. Sehingga kebutuhan mengisap didapat bayi ketika menyusui namun kebutuhan ini bersifat individual. Itulah mengapa, lamanya menyusu tak akan sama pada setiap bayi. Misalnya, ada bayi yang sudah puas mengisap selama 20 menit menyusui, namun ada yang baru merasa puas setelah 40 menit.
Beberapa pakar pun juga mengatakan, bayi yang menyusu ASI akan lebih jarang mengisap jari ketimbang yang menyusu dari botol. Kalau ada bayi yang menyusu ASI namun tetap mengisap jari, bisa jadi karena waktu menyusu yang kurang. Misalnya, kebutuhan menyusunya 40 menit, tapi ia hanya diberi 20 menit, sehingga ia belum puas mengisap.
Dari penjelasan diatas, sebenarnya orangtua nggak perlu cemas, karena kebiasaan mengisap jari akan berhenti dengan sendirinya. Namun dengan catatan, asalkan si bayi tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan. Jadi, bayi tak perlu dipaksa untuk berhenti mengisap jari, apalagi sampai jarinya ditarik dari mulutnya. Justru kalau dipaksakan, ia akan lebih frustasi dan malah lebih giat untuk mengisap jarinya. Untuk itu, biarkan orangtua memberi toleransi agar bayi dapat memenuhi kebutuhan mengiapnya. Toh, nantginya kebiasaan itu akan berhenti sendiri.