© 2020 Https://shutterstock.com/Oksana Shufrych
Masa kehamilan adalah hal yang menyenangkan bagi para ibu yang menantikan buah hatinya yang akan lahir. Sering kali ketika hamil ibu hamil berhati-hati dalam mengonsumsi makanan untuk menjaga kesehatan janin, dan tubuh dari sang ibu sendiri. Melihat si kecil lahir kemudian tumbuh menjadi orang yang dibanggakan adalah momen yang spesial bagi orang tua.
Tapi tahukah Moms, kalau bayi yang berada dalam kandungan hingga masa prapubertasnya berpotensi pada orientasi seksualnya? Orientasi seksual adalah ketertarikan secara emosional dan seksual pada jenis kelamin tertentu. Jadi, selama masa kehamilan sampai prapubertas ini bisa menentukan apakah anak akan menjadi heterosesksual, homosesksual, atau biseksual.
Hal ini juga disampaikan oleh dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS yang merupakan dokter dan seksolog Indonesia, pada podcast Deddy Corbuzier.
" Dalam proses di dalam kandungannya dapet hormon-hormon gak? Waktu lo lahir, lahir lo divakum atau enggak? Karena kelainan di otak juga menentukan," jelas dr. Boyke pada Deddy Corbuzier.
Ternyata kerusakan pada otak karena divakum ketika melahirkan pun bisa menentukan orientasi seksual anak ke depannya.
" Divakum apa hubungannya dok?" Tanya Deddy.
" Kerusakan otak beberapa kan. Makanya sekarang vakum udah jarang," jawab dr. Boyke.
Dilansir dari alodokter.com, proses lahiran vakum ini adalah proses lahiran normal dengan bantuan vakum yang diperlukan untuk membantu mengeluarkan bayi dari jalan lahir. Alat yang digunakan adalh ekstrasi vakum dengan cup di bagian atas untuk ditempelkan pada permukaan atas kepala bayi. Kemudian dokter akan menarik bagian bawah ekstraksi vakum sehingga kepala bayi akan keluar.
Hal ini yang bisa berakibat kerusakan otak pada bayi yang baru lahir. Gak cuma karena divakum, dr. Boyke juga mengungkapkan jika trauma persalinan juga bisa menentukan loh.
" Itu ada penelitian-penelitianya ke arah-arah itu. Trauma-trauma persalinan, ketika dia masa balita, itu menentukan nanti ke arah jadi apa dia nantinya," jelasnya.
Faktor kehamilan sampai masa prapubertas ini bisa mempengaruhi orientasi seksual pada anak sebesar 30%. Hal ini juga dikatakan oleh dr. Boyke.
" 70% faktor LGBT adalah faktor lingkungan, 3-5% faktor genetik, dan 30% ada dia dari masa dia dikandung sampai kepada masa dia prapubertas," jelas dr. Boyke.
Jadi perlu Moms konsultasikan dan periksakan kehamilan Moms secara rutin demi menjaga kesehatan si kecil. Gak cuman itu, konsumsi makanan sehat juga diperlukan selama masa kehamilan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika anak dirasa memiliki kelainan orientasi seksual, Moms jangan panik dan memarahinya.
Moms bisa mulai dengan berbicara dengan si anak secara baik-baik dan membawanya ke profesional seperti psikolog, psikiater, dan seksolog. Semoga bermanfaat ya Moms!
parent