© Shutterstock.com
Mengantarkan anak hingga ke depan pintu gerbang sekolah sepertinya sudah menjadi tradisi di Indonesia. Di kota-kota besar bahkan di desa pemandangan tersebut sudah menjadi hal yang biasa.
Bukan hal yang salah, terkadang jarak, cuaca, dan pertimbangan keselamatan dari Moms dan Deddy menjadi faktor utamanya.
Namun hal itu juga tidak sepenuhnya benar lho, Moms. Kenapa?
Ada alasan yang bisa dijelaskan secara ilmiah mengapa anak sudah harus belajar dan terbiasa untuk berangkat ke sekolah sendiri.
Apakah Moms akan mengantarkan buah hati ke sekolahnya hingga mereka benar-benar lulus dari bangku sekolahh? Tentu tidak kan.
Pada usia 10 tahun, anak-anak sudah cukup besar untuk menyeberang jalan dengan aman dan menangani keadaan darurat lain yang mungkin muncul.
Setidaknya, ada satu studi yang telah menyelidiki perjalanan aktif dan tingkat kecelakaan pada anak-anak. Dikutip dari verywellfamily, menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan anak dengan sepeda tidak ada hubungannya dengan berangkatnya mereka sendiri ke sekolah.
Ada hal lain yang bisa Moms biasakan pada anak-anak ketka mereka terbiasa untuk berangkat ke sekolah sendiri, terlebih saat mereka memilih untuk berjalan kaki.
Buah hati Moms akan mendapatkan lingkungan baru dengan siklus yang baik dan akan membuat mereka lebih aman juga menyenangkan. Anak-anak juga akan merasakan adanya sensasi baru ketika berjalan lho.
Selain itu, dengan berjalan kaki atau bersepeda akan membantu bumi untuk meningkatkan kualitas udara lho Moms. Berkurangnya cedera di lingkungan perkotaan juga semakin besar dengan kebiasaan berjalan kaki atau bersepeda.
Terbukti, berjalan kaki atau naik sepeda saat berangkat ke sekolah membantu anak jauh dari rasa malas.
Tubuh yang tidak aktif karena terbiasa diantar dan dijemput meningkatkan risiko obesitas pada anak lho Moms. Hasil dari sebuah penelitian bahkan menunjukkan jika anak-anak yang berjalan ke sekolah di taman kanak-kanak memiliki skor BMI yang lebih rendah di kelas lima.
Anak-anak yang rajin berangkat ke sekolah sendiri, baik itu naik sepeda atau berjalan kaki memiliki berat tubuh yang proporsional. Sedangkan anak-anak yang tidak aktif berjalan kaki cenderung memiliki berat badan lebih.
Moms dan Deddy wajib tahu nih, jika sebuah penelitian yang dilakukan selama 7 tahun terhadap 1700 siswa sekolah menengah di New England memperkirakan bahwa prevalensi obesitas akan menurun sebesar 22 persen jika remaja berjalan atau bersepeda ke sekolah empat atau lima hari seminggu.
Selain membantu anak untuk mendapatkan kesehatan tubuh dan lingkungan sosial yang baik, ada nilai plus lain ketika Moms mulai mengajari anak untuk lebih mandiri dengan berangkat ke sekolah sendiri.
Tentu saja menghemat uang. Moms bisa menghemat bensin lho. Nilai plus yang lain yakni Moms akan membantu mengurangi emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim global.
Anak-anak yang aktif dan mandiri dinilai memilliki nilai akademis yang lebih baik. Ini berdasarkan penelitian ya, Moms.
Mereka yang akif berjalan kaki menunjukkan prestasi akademik yang lebih tinggi, kinerja kognitif yang lebih baik, kelancaran membaca yang lebih baik, dan peningkatan fungsi eksekutif lho.
Satu studi yang berfokus pada anak-anak dengan gangguan perhatian menemukan bahwa hanya 26 menit aktivitas fisik harian secara signifikan meredakan gejala ADHD pada anak-anak sekolah dasar.
Saat buah hati sudah terbiasa dengan kemandiriannya berangkat ke sekolah sendiri, Moms akan merasa kagum dengan percakapan yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Penelitian menunjukkan jika perjalanan aktif membantu orang tua dan anak-anak membangun rasa yang kuat terhadap lingkungan. Selain itu, Moms dan buah hati akan lebih dekat dan menjadi sering terlibat dengan masyarakat. Tentu saja ini akan membiasakan anak dengan lingkungan sosial yang baik.
Jadi, gimana nih. Apakah Moms akan tetap mengantarkan anak-anak sampai di depan pintu gerbang atau mulai membiasakan mereka dengan berangkat ke sekolahnya sendiri?