© Freepik
Pernahkah kamu melihat si kecil tiba-tiba marah besar? Lempar-lempar mainan, menendang benda disekitarnya, bahkan berteriak dengan histeris? Perilaku ini tentu membuat orang tua khawatir dan bingung.
Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh tantangan, terutama ketika harus menghadapi anak yang sering marah. Memahami penyebab anak pemarah bisa membantu orang tua menemukan cara terbaik untuk mengatasi dan mendukung perkembangan emosional anak dengan bijak. Berikut beberapa penyebab umum mengapa anak bisa menjadi pemarah.
© Freepik
Anak-anak masih belajar untuk mengelola emosi mereka. Mereka belum memiliki keterampilan atau pengalaman untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang lebih tenang. Marah bisa menjadi cara mereka untuk mengkomunikasikan frustrasi, kekecewaan, atau ketidaknyamanan.
Dengan kita memahami bahwa ini merupakan bagian dari perkembangan emosional mereka, kita bisa lebih sabar, membantu serta memberikan dukungan yang diperlukan.Lingkungan dimana anak tumbuh juga memainkan peran besar dalam perilaku mereka. Anak-anak yang sering melihat orang dewasa di sekitar mereka marah atau berteriak mungkin meniru perilaku tersebut.
Pola asuh yang konsisten dan penuh kasih sayang dapat membantu anak merasa aman dan lebih mampu mengelola emosinya.Selain itu bisa juga terdapat gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, terlalu banyak nonton televisi, serta pola makan anak yang tidak sehat dapat mempengaruhi suasana hati anak dan membuatnya mudah marah.
© Freepik
Anak-anak bisa marah jika mereka merasa kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi. Ini bisa termasuk rasa lapar, lelah, atau kebutuhan perhatian. Saat anak lapar, kadar gulanya turun yang menyebabkan ia mudah marah.
Selain itu, lelah, kurang tidur, serta sakit fisik seperti sakit gigi atau perut dapat membuat anak rewel. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua dapat membuat anak merasa tidak aman dan dicintai.
Kesulitan dalam mengekspresikan diri bisa menjadi salah satu penyebab utama mengapa anak marah. Anak-anak yang belum menguasai keterampilan berkomunikasi mungkin merasa frustrasi ketika tidak bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan atau inginkan.
© Freepik
Anak-anak cenderung merasa nyaman dengan rutinitas yang konsisten. Perubahan besar seperti pindah rumah, kelahiran adik baru, mulai sekolah, hingga pindah sekolah bisa menjadi sumber stres yang memicu kemarahan.
Beberapa anak mungkin mengalami kondisi medis atau psikologis yang membuat mereka lebih mudah marah. Ini bisa termasuk gangguan pemusatan perhatian (ADHD), gangguan spektrum autisme, atau gangguan kecemasan. Jika kemarahan anak tampak berlebihan atau sulit diatasi, konsultasikan dengan profesional medis atau psikolog untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Terkadang, orang tua atau pengasuh memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi atau tidak realistis terhadap anak. Tekanan untuk berprestasi atau perilaku tertentu bisa membuat anak merasa frustrasi dan marah ketika mereka merasa tidak mampu memenuhinya. Penting untuk memiliki ekspektasi yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak, serta memberikan dukungan dan dorongan yang positif.
© Freepik
Memahami penyebab anak pemarah merupakan langkah pertama, jadi kamu juga harus mengetahui bagaimana cara mengatasi anak marah dengan cara yang tepat dan membantu mengelola emosinya dengan lebih baik, seperti :
Jadilah contoh yang baik dengan tetap tenang dan konsisten saat menghadapi amarah anak. Anak-anak belajar dari perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Menjaga ketenangan dan tidak merespons dengan kemarahan dapat membantu mereka belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
Ciptakan lingkungan yang positif dan penuh kasih sayang di rumah. Hindari untuk berteriak dan memarahi anak, karena hal ini hanya akan memperburuk situasi dan bisa jadi anak akan mencontoh perilakumu. Menjaga rutinitas seharian yang stabil dan memberikan persiapan serta penjelasan yang cukup merupakan bentuk konsisten yang dapat membantu anak merasa lebih aman dan mengurangi kemungkinan marah.
Mengajarkan anak cara-cara yang sehat untuk mengelola emosi mereka bisa sangat membantu. Ini bisa termasuk teknik pernapasan, menghitung sampai sepuluh, menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan, atau menemukan kegiatan yang menenangkan seperti membaca atau mendengarkan musik.
Selain itu, dengan membantu anak mengembangkan keterampilan bahasa dan memberikan mereka cara alternatif untuk mengekspresikan diri melalui menggambar atau permainan, bisa sangat bermanfaat dan menjadi alternatif anak untuk heal sejenak
Kadang-kadang anak membutuhkan waktu dan ruang untuk menenangkan diri. Memberikan mereka tempat yang aman untuk mengekspresikan kemarahan mereka tanpa gangguan bisa membantu mereka memproses emosi mereka dengan lebih baik.
© Freepik
Membangun komunikasi yang terbuka dengan anak adalah kunci. Mendengarkan perasaan mereka tanpa menghakimi dan memberikan kesempatan untuk berbicara tentang apa yang membuat mereka marah dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi penyebab kemarahan.
Dengan mengidentifikasi serta bertanya dengan jelas apa yang mereka inginkan, lalu memenuhi kebutuhan anak, dapat membantu mengurangi frekuensi amarah mereka. Misalnya, memastikan anak cukup istirahat, makan teratur, dan mendapatkan perhatian yang cukup bisa membuat mereka lebih tenang dan bahagia.
Memberikan pujian dan penghargaan ketika anak berhasil mengelola emosinya dengan baik bisa menjadi motivasi yang kuat. Mengakui usaha mereka dan memberikan pujian bisa membantu mereka merasa dihargai dan didukung. Dengan itu, kedepannya ia akan berusaha untuk mengelola emosi dengan jauh lebih baik dengan semangat dan sabar.
Jika kamu merasa khawatir dengan perilaku marah yang anakmu lakukan, konsultasikan dengan dokter atau psikologi anak untuk mendapatkan bantuan professional. Dengan mengunjungi dokter, kamu juga akan mengenai diagnosis secara langsung jika anak mengalami penyakit mental.
Selalu ingat bahwa setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam perkembangan dan mengelola emosi. Yang penting bersabarlah, memahami, serta membantu anak untuk belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat.
Dengan memahami penyebab mudah marahnya anak dan menerapkan solusi yang tepat dengan menciptakan lingkungan yang positif, kamu membantu anak untuk tumbuh menjadi individu yang bahagia dan sehat. Semoga bermanfaat!
Editor: Najwa Al Rasyidah