© Suhyeon Choi / Unsplash.com
Pada kasus kehamilan ektopik, sel telur yang dibuahi tidak melekat pada rahim. Kehamilan ektopik merupakan kondisi di mana sel telur menempel pada tuba falopii, rongga perut, atau serviks. Sehingga, kehamilan ektopik sangat berbahaya bagi ibu. Dalam kondisi ini embrio tidak akan bisa berkembang hingga waktu yang lama.
Untuk lebih memahami tentang kehamilan ektopik, berikut beberapa informasi terkait penyebab dan penanganan pada kehamilan ektopik yang dilansir dari Healthline.
Penyebab kehamilan ektopik tidak selalu jelas dan sama pada setiap wanita. Namun beberapa kasus menunjukkan kondisi serupa yang menyebabkan kehamilan ektopik.
1. Peradangan dan luka pada tuba falopi yang diakibatkan oleh infeksi atau operasi sebelumnya.
2. Faktor hormonal.
3. Kelainan genetik.
4. Cacat lahir.
5. Riwayat medis yang mempengaruhi bentuk dan kondisi tuba falopi dan orgran reproduksi.
Jika kamu mengalami kehamilan ektopik, dokter akan memberi informasi yang lebih spesifik tentang kondisimu.
Kehamilan ektopik tidak aman bagi kondisi tubuh wanita sehingga embrio harus segera dikeluarkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan dan kesuburan wanita. Pilihan penanganan kehamilan ektopik bermacam-macam tergantung pada tempat kehamilan ektopik berkembang.
Dokter mungkin bisa melihat bahwa kehamilan ektopik yang kamu alami tidak berpotensi mengalami komplikasi. Saat hal itu terjadi biasanya dokter akan memberi resep obat untuk mencegah kehamilan ektopik pecah.
Obat yang diberikan biasanya berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel yang membelah dengan cepat, seperti sel-sel ektopik. Jika obat itu bekerja dengan efektif, maka kamu akan mengalami gejala yang mirip dengan keguguran. Biasanya kamu tidak perlu melakukan operasi karena obat tidak memberikan risiko kerusakan tuba fallopi. Namun, kamu tidak akan bisa hamil lagi selama beberapa bulan setelah meminum obat tersebut.
Banyak ahli bedah yang menyarankan prosedur laparotomi pada kehamilan ektopik. Prosedur ini adalah tindakan untuk mengeluarkan embrio dan memperbaiki kerusakan tuba falopi.
Dokter mungkin akan memberikan instruksi spesifik mengetai perawatan setelah operasi. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga agar luka bekas operasi tetap bersih dan kering saat sembuh. Kamu harus rutin memeriksakan bekas lukamu jika terdapat tanda-tanda infeksi. Selalu beritahu dokter jika rasa sakit meningkat atau kamu merasakan hal yang tidak biasa pada tubuhmu.